BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
praktik kebidanan, pembrian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan
baik, baik sesame rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan.Upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan
bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik
dengan klien.Karna melalui komunikasi yang efektif setra konseling yang
berhasil, kelangsungan dan berkesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan
untuk kesehatan perempuan selama siklus kehidupan akan tercapai.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu menerapkan konseling pada klien sesuai dengan masalah
yang dihadapi oleh klien.
2. Tujuan khusus
Setelah
membaca makalah
kmunikasi dan konseling dalam kebidanan, diharapkan mahasiswa dapat :
1)Memahami
definisi konseling dalam praktik kebidanan.
2)Memahami
tujuan dilakukannya konseling dalam kebidanan
3)
Memahami langkah-langkah konseling dalam kebidanan
4)
Memahami hambatan-hambatan konseling dalam kebidanan
1.4 Metode Penulisan
Metode yang di pakai dalam makalah ini adalah :
1) BAB I
PENDAHULUAN yang terdiri dari : latar belakang , tujuan dan
metode penulisan .
2) BAB II TINJAUAN
PUSTAKA yang terdiri dari :
3) BAB III PENUTUP
yang terdiri dari : kesimpulan dan saran baik saran bagi institusi maupun bagi
mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Konseling Dalam Praktik Kebidanan
2.1.1
Definisi Konseling Kebidanan
Konseling kebidanan
adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan,
dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional(sesuai dengan
bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan
perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
2.1.2 Tujuan Konseling Kebidanan
Tujuan konseling diarahkan sebagai layanan yang membantu masalah yang
dihadapi klien.Oleh karna itu, bidan sebagai konselor harus berusaha
mengambangkan potensi yang ada agar dapat digunakan klien secara
efektif.Berdasarkan hal tersebut, ada dua fungsi dalam tujuan konseling
kebidanan yang harus diperhatikan bidan, yaitu sebagai berikut:
a)Fungsu kuratif
Bertujuan membantu memecahkan masalah yang dihadapi
klien dalam proses perkembanganya atau membantu mengatasi masalah klien.Dimana
klien tidak dapat mengembangkan dirinya karena beberapa alasan yang diterima,
maka klien dibantu untuk memahami dan menyelesaikan perkembanganya.
b)
Fungsi preventif
Fungsi prenventif tidak hanya mengatasi masalah yang
telah terjadi, tetapi juga menjaga agar masalah tidak bertambah serta muncul
massalah baru yang dapat mengganggu diri klien dan orang lain.Fungsi preventif
dapat diberikan dengan beberapa terapi yang sesuai dengan masalah dan keadaan klien
itu sendiri.
Sedangkan secara garis besar tujuan
konseling dalam praktik kebidanan adalah mengubah pengetahuan, sikap, dan
perilaku klien.
2.1.3
Langkah-langkah konseling dalam praktik
kebidanan
Ø Langkah awal
Merupakan langkah penting dalam
proses konseling dalam kebidanan, keberhasilan langkah awal akan mempermudah
langkah berikutna dalam proses konseling dalam kebidanan.Pada langkah awal
tugas bidan sebagai seorang konselor adalah sebagai berikut.
·
Mengeksplorasi perasaan,fantasi, dan ketakutan sendiri.
·
Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
·
Menentukan alasan klien minta pertolongan.
·
Membuat kontrak bersama.
·
Mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perbuatan klien.
·
Mengidentifikasi masalah klien.
·
Merumuskan tujuan bersama klien.
Ø Langkah inti
Langkah kedua dari proses konseling
kebidanan adalah langkah inti atau langkah pokok.Langkah ini menentukan apakah
bantuan yang diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan klien dan apakah
konseling berhasil dengan baik.Tugas bidan pada langkah inti adalah sebagai
beikut:
·
Mengeksplolarasi stressor yang tepat.
·
Mendukung perkembangan kesadaran diri klien dan pemakain koping mekanisme
yang konstruktif.
·
Mengatasi penolakan prilaku maladaptif.
·
Memberikan beberapa berapa alternatif pilihan pemecahan masalah .
·
Melaksanakaan alternative yang dipilih klien.
·
Merencanakan tindak lanjut dari alternatif pilihan.
Ø Langkah Akhir
Setelah melakuka kegiatan pokok
dalam proses konseling, meskipun bidan bukan orang yang paling berhak untuk
mengakhiri proses konseling, akan tetapi bidan harus dapat melakukan terminasi
atau pengakhiran. Tugas bidan pada langkah akhir adalah :
·
Menciptakan realitas perpisahan.
·
Membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan.
·
Saling mengeksplorasi perasaan, kehilangan, sedih, marah, dan perilaku
lain.
·
Mengevaluasi kegiatan dan tujuan konseling.
·
Apabila masih diperlukan, melakukan rencana tindak lanjut dengan membuat
kontrak untuk pertemuan berikutnya.
2.1.4 Hambatan-hambatan konseling
kebidanan
Hambatan Internal
Merupakan
hambatan pribadi yang berasal dari diri bidan sebagai konselor.Hambatan pribadi
yang sering muncul adalah bidan kurang percaya diri, kurang pengetahuan, dan
keterampilan tentang konsling, serta kjetidakmampuan dalam membentuk jejaring.
Hambatan Eksternal
Ini
sering muncul pada organisasi yaitu dari mitra kerja bidan.
Persaingan-persaingan dalam pekerjaan, fasilitas(keuangan, alat peraga,dsb),
dan budaya seringkali menjadi faktor pemicu hambatan eksternal dalam proses
pemberiaan konseling.
2.1.5 Bentuk Layanan Konseling Dalam Praktik Kebidanan
Konseling
praktik kebidanan dibagi menjadi 6 bentuk, yaitu:
a. Konseling remaja dan kesehatan
reproduksi remaja
Istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses
kehidupan manusia
Dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidupnya. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat
yang menyangkut sistem fungsi, dan proses reproduksi remaja. Biasanya
dipengaruhi oleh masalah menikah dan melakukan hubungan seksual pada usia dini,
akses pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual, dan
pengaruh media massa. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh anak-anak
dan remaja.Karena ini sangat berkualitas pada kepribadian, kesehatan, maupun
pendidikan.
Topik konseling remaja melipurti:
·
Remaja dan kesehatan reproduksinya.
·
Seksualitas.
·
Infeksi menular seksual.
·
Isu gender.
·
Narkoba dan zat adiktif.
b. Konseling Ibu Hamil
Tingginya kematian ibu merupakan
permasalahan, karena kematian ibu akan berdampak pada seluruh keluarga. Ini
dikarenakan adanya komplikasi dari kehamilan.Di Indonesia angka kematian ibu
sangat tinggi. Mengingat masih tingginya AKI, diperlukan suatu kerja sama bidan
dengan ibu. Salah satu upaya yang dilakukan bidan adalah konseling.
Ø Konseling kunjungan pertama :
1. Pentingnya 7T
2. Perlunya pendampingan
3. Kebutuhan gizi ibu
4. Beban kerja ibu
5. Program KB
6. Senggama pada saat kelahiran.
7. Kunjungan ulang
Ø Kunjungan Kehamilan 36 minggu:
1. Kesehatan ibu dan janin
2. Tanda-tanda persalinan dini
3. Rencana persalinan
4. Persiapan bayi
5. Pentingnya kolostrum
6. Keuntungan ASI
Ø Kunjungan Kehamilan >36 minggu
1. Tanda-tanda persalinan
2. Tempat persalinan
3. Pentingnya persalinan di fasilitas
kesehatan
c. Konseling Pada Ibu Bersalin
Merupakan proses alamiah, teapi
meskipun proses alamiah, tidak semua ibu bersalin mampu beradaptasi dengan persalinan terutama
pada kala 1 yang merupakan nyeri hebat bagi si ibu. Karena pada tahap ini
resiko komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi.Lancarnya
persalinan ditentukan oleh faktor psikologis.
Ø Konseling tahap I
1. Masalah dalam persalinan
2. Tindakan selama persalinan
3. Menganjurkan ibu tidak menahan BAK
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat
5. Menganjurkan keluarga untuk
mendampingi ibu.
Ø Konseling tahap II
1. Mengajari cara meneran yang baik.
2. Menganjurkan ibu untuk meneran pada saat
his.
3. Memberikan semangat dan dukungan.
Ø Konseling Tahap III
1. Mengajari ibu untuk mesasi uterus.
2. Memberikan informasi ibu tentang
pendarahan.
Ø Konseling Tahap IV
1. Memberikan informasi erawatan
tentang alat kelamin.
2. Menganjurkan ibu sering mengganti
pembalut.
3. Memberikan informasi dan memotifasi
ibu utuk melakukan mobilisasi.
4. Memberikan informasi tentang
pentingnya kebutuhan nutrisi.
d. Koseling Ibu Nifas
Ø konseling pada ibu
1. proses masa nifas.
2. Keluhan umum 1-72 jam masa nifas.
3. Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada
ibu.
4. Tanda komplikasi masa nifas.
5. Kebersihan ibu.
6. Kolostrum dan pemberian ASI.
7. Teknik menyusui
8. Kebutuhan nutrisi ibu pada masa
nifas.
Ø Konseling pada bayi
1. Tanda-tanda kegawatan masa nifas
pada bayi.
2. Kebersihan bayi.
3. Perawatan tali pusat bayi.
4. Imunisasi.
5. Status kesehatan bayi.
6. Penilaian pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
Ø Konseling KB
1. Memperlakukan klien dengan baik.
2. Interaksi dengan klien.
3. Menghindari pemberian informasi yang
berlebihan.
4. Menyediakan metode yang diinginkan
klien.
5. Membantu klien mengerti dan
mengingat.
2.1.6 Pendekatan-
pendekatan Konseling
Konseling sangat
bermanfaat untuk mebantu klain dalam menghadapi permasalah-permasalahan, mulai
dari permasalahan yang sepele hingga yang sangat komplik. melihat kondisi klaen
yang secara umum dan individual merupakan hal penting dalam pemberian
konseling. Bidan perlu memperhatikan apa yang muncul dan yang ada dalam diri
klien. Untuk melihat kondisi tersebut, konseling dapat beroreintasi pada
pendekatan-pendekatan sikologi konseling. Pendekatan-pendekatan konseling
tersebut adalah sebagai berikut. :
2.1.7
Pendekatan
koknitif
Dalam menghadapi suatu permasalahan, hal
pertama yang muncul dari individu adalah akan bertindak dan mempunyai pemikiran
yang tidak masuk akal. Sehingga individu sendiri mengalami masalah, yaitu
ketidak sesuaian antara apa yang diinginkan dalam fikirannya dengan kenyataan
yang ada. Pada pendekatan koknitif, bidan berusaha menekankan pada proses
berfikir rasional tentang apa yang dihadapi klien. Pendekatan ini memberikan
keyakinan bahwa klien dalam berfikir akan memengaruhi perasaan dan tindakannya.
Sebagai konselor yang berorientasi koknitif, bidan harus berperan aktif untuk
mengajak klien berfikir rasional dan meninggalkan pandangan yang tidak rasional.
Orientasi koknitif menimbulkan perubahan tingkah laku yang tidak rasional
menjadi rasional pendekatan koknitif meliputi rasional emotif, analisis
transaksional dan trait dan factor.
a.
Rasional emotif
Pendekatan
ini lebih menekankan kepada kebersamaan interaksi antara berfikir dan akal
sehat perasaan (emosi), n perilaku atau tindakan (attack). Sebagai konselor,
bidan harus dapat engubah cara berfikir, bidan memberikan petunjuk bahwa
berfikir irasional atas kejadian atau perasaan klien akan membahayakan dirinya
sendiri. Dengan berfikir rasional, indifidu dapat menjalankan aktifitas yang
lain dan melupakan permasalahannya.
b.
Analisis transaksional
Penekanan analisis transaksional
terletak pada pola interaksi baik verbal maupun nonverbal antara individu yang satu
dengan yang lainnya. Pendekatan ini sangat baik digunakan pada kelompok, dengan
kelopok konselor dapat mengamati dan memanipulasi interaksi antara anggota
kelopok. Analisis transaksional berpandangan bahwa masing-masing individu
mempunyai tiga perilaku atau unsur ego states, yaitu unsur anak-anak, dewasa,
dan orang tua.
1.
Unsuran anak-anak
Ditandai
dengan tindakan yang didasarkan pada reaksi emosional yang sepontan, reaktif,
humor, penuh kreatifitas, dan inisiatif. Unsur anak terbagi menjadi tiga macam,
yaitu spontan, pemberontak, penurut. Perilaku yang biasanya muncul adalah
menggigit kuku, alu-alu, kalem, berisik, cengeng, dan merengek. Anak-anak
biasanya mengatakan kepunyaanku, waw, eng-ing-eng, malu ah, dll.
2.
Unsur dewasa
Ditandai
dengan pemikiran rasional dan objektif, serta kemampuan mengolah data.
Keterampilan perseptif, mengolah data dan keampuan sosial merupakan atribut
orang dewasa. Kalimat yang umum digunakan adalah saya pikir, mengapa, apa,
kapan, diana, dan bagai mana.
3.
Unsur orang tua
Dipelajari
dari tindakan dan perasaan diri kita seperti yang dilakukan orang tua yang
membesarkan kita. Unsur orang tua dapat diidentifikasi dari perilaku bijaksana,
adil, kritis, murah hati, sopan dan pandai. Unsur orang tuan terbagi menjadi
dua macam, yaitu pengencam dan penolong. Kaliat yang umum digunakan adalah
berapa lam saya bisa bertemu denganmu, kasihan sekali kamu, awas, jangan,
pokoknya, dan lainnya.
Analisis transaksional dibedakan menjadi transaksi komplementer
(complementary transakcion), transaksi silang (crossed transactional), n
transaksi tersembunyi (ulterior transaction).
1. Transaksi
komplementer
Transaksi
komplementer disebut juga dengan transaksi sejajar. Transaksi ini terjadi
apabila penerima pesan memberi respons yang sesuai dengan ego atates yang
diharapkan oleh pengirim pesan (dapat dilihat pada gambar 6-1). Misalnya, pada
situasi di mana ibu hamil takut disuntik tetanus teksoid (TT), maka klien
berperilaku sebagai anak-anak dan bidan diharapkan berperan sebagai orang tua.
2. transaksi
silang
Transaksi
silang terjadi apabila penerima pesan memberikan respon diluar ego state yang
diharapkan oleh pengirim pesan(dapat dilihat pada gabar 6-2). Misalnya,
pengirim pesan mengatakan, “ambilkan KMS (kartu menuju sehat)” tetapi penerima
pesan menerima pesan. “Saya mau periksa kencing”.
3. Transaksi
tersembunyi
Transaksi
tersembunyi apabila pengirim pesan menyampaikan pesan dari ego state, tetapi
dibalik itu ia menyampaikan pesan dari ego state yang lain, maka transaksi itu
disebut transaksi tersembunyi atau terselubung (dapat dilihat pada gambar 6-3).
Misalnya. Pengirim pesan mengatakan,”besok ujian, kita belajar bersama ya sore
ini”. Sebenarnya ada maksud tersembunyi dari pernyataan tersebut, yaitu
pengirim pesan ingin bertemu dengan penerima pesan.Dalam proses konseling,
individu dituntut untuk belajar mengidentifikasi ke dalam dirinya, melihat
keadaan diri sendiri, menyadari keadaan diri yang dominan, dan menentukan pola
interaksi dengan orang lain.
c. Trait
and faktor
Menekankan pada kemampuan manusia untuk
berfikir rasional dala memandang masalah-masalah yang harus dipecahkandengan
menggunakaan kemampuan dirinya sendiri (problem-solving approadach). Pendekatan
ini menganjurkan individu untuk memahami dirinya sesuai dengan keapuan otak,
bakat serta komponen lain, dan mengetahui segala persayaratan yang harus di
penuhi untuk dapat berhasil atau sukses di bidang yang di pilih. Bidan melihat
masalah yang di hadapi klien dengan menggunakan suatu proses dengan cara
sebagai berikut.
·
Menganalisis atau mengumpulkan data yang
relevan
·
Menyintesis data yang telah
terorganisasi untuk memproleh gambaran selengkapnya tentang klien.
·
Mendiagnosis atau menyimpulkan semua
unsur penting dalam masalah klien.
·
Memprediksi atau membuat pronogsis
tentang perkembangan klien selanjutnya serta implikasinya.
·
Memberikan asuahan atau memperlakukan
klien sesuai dengan apa yang di dapat dari proses di atas.
·
Menindak lanjuti dengan memberikan
bantuan kepada klien apabila timbul masalah lagi dan evaluasi terhadap
efektifitas proses konseling.
2.1.8
Pendekatan Efektif
Pada pendekatan efektif, individu bermasalah
karena membawa perasaannya sehingga selalu bermain dengan perasaannya.
Pendekatan efektif memusatkan perhatian pada perubahan perasaan klien selama
proses konseling. Pendekatan ini menyakinkan klien bahwa perasaan dan
lingkungan klien dapat berubah.
Pendekatan efektif lebih menekankan pada
pentingnya kualitas hubungan konseling yang harmonis. Pendekatan ini mencangkup
konseling gestal, eksistensial, dan individu (alderia).
1.Konseling
gestal
Merupakan bentuk
konseling yang menekankan pada penghayatan diri sendiri dalam situasi kehidupan
yang sekarang, sehingga disebut juga dengan ahistoris (tidak memperhatikan masa
lampau). Kedudukan bidan dan klaien adalah sama, sebagai suatu hubungan
manusiawi. Individu mempunyai potensi untuk menentukan diri sendiri dan
mempunyai tanggung jawab terhadap apa yang terjadi. individu tidak dianjurka
berbica tentang kesulitan yang dihadapinya, individu harus optimis. Bidan
membantu klien membuka jalan buntu dengan meninggalkan harapan dan keinginan
untuk mendapatkan simpati dari orang lain, kemudian klien mulai mengambil peran
aktif dalam mengatur kehidupannya.
2.Konseling
Eksistensial
Menekankan pada
kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih, bertanggung jawab atas diri,
dan menentukan nasib sendiri pada situasi kehidupan alam. Pendekatan ini
berusaha membuka pikiran dan persaan individu, bagaimana melakukan penghayatan
dan meresapi kehidupan, individu harus sadar atas kemampuannya dalam mengatur
serta menentukan arah hidupnya sendiri secara bebas dan bertanggung jawab.
Sehingga individu akan menjadi dirinya sendiri dan mengalami keberadaannya
secara autentik.
3. Konseling
individual
Menekankan pada
kebutuhan individu untuk menempatkan diri dalam kelompok sosial. Pendekatan ini
memandang manusia mempunyai rasa rendah diri (inferiority feeling) dan dengan perasaan rendah diri tersebut
individu berusaha menanggapi keunggulan (striving
for superiority) dengan menggunakan gaya hidup individualnya ( a person’s lifestyle). Pada pendekatan ini, bidan berusaha membantu klien
menghilangkan ketidakseimbangan dengan cara mencari kompensasi positif,
sehingga klien akan bahagia dan merancang suatu gaya hidup yang lebih
konstruktif.
2.1.9
Pendekatan Behavioral
Pengambilan keputusan
atau pengambilan sikap yang salah dipandang sebagai suatu permasalahan yang
dihadapi oleh individu. Pendekatan behavioral menekankan pada perilaku
spesifik, yaitu perilaku yang memang berbenturan dengan lingkungan dan diri
klien.
Dalam pendekatan ini, sebagai konselor,
bidan menekankan pada teknik dan prosedur untuk memfasilitasi perubahan
perilaku klien dengan cara memodifikasinya hingga perilaku klien berubah (behavior modification). Bidan lebih
berperan sebagai bagi klien dari pada kualitas hubungan konseling. Pendekatan
behavioral menekankan pada behavioristic,
yaitu perilaku dapat diubah melalui proses belajar; reality, menekankan pada realitas atau kenyataan yang dihadapi
individu; multimodal, menekankan pada
beberapa pendekatan yang sudah ada dan terpusat pada tujuh komponen pola
kehidupan dimana klien diarahkan untuk fokus pada salah satu komponen saja.
Komponen tersebut adalah sebagai berikut :
Tujuh
komponen menurut A.Lazarus(BASIC-IB/G)
B : Behavior(perilaku
nyata)
A : Affect
(alam perasaan)
S : Sensation
(proses persepsi melalui alat indra)
I : Imagery
( kponsep diri dalam berbagai aspek)
C : Cognition (keyakinan dan nilai-nilai
dasar dalam berfikir dan bersikap)
I : interpersonal
relation ship (hubungan antar pribadi dengan orang terdekat)
B/D : biological functioning drug
(kesehatan jasmani dan kesehatan fisik Atau penggunaan obat-obatan)
Sedangkan menurut ahli lain, tujuh
komponen tersebut adalah sebagai berikut.
H : health (komponen kesehatan)
E : emotion (perasaan)
L : learning (belajar)
P : personal (bersifat pribadi)
I : imagination (pandangan dan bayangan
mengenai diri sendiri)
N : need
to know (kebutuhan untuk mengetahui)
G : guidance
of behaviors (pendamping serta bimbingan)
2.1.9
Komunikasi dalam Kelompok Kecil
a. Pengertian Komunikasi Kelompok Kecil
Menurut
shaw kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu
sama lain ,memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain ,berinteraksi untuk
beberapa tujuan ,mengambil peranan terikat satu sama lain dan berkomunikasi
tatap muka.
b. Tujuan Komunikasi Kelompok Kecil
Tujuan
ini di bagi menjadi dua kategori yaitu untuk tujuan personal dan tujuan yang
berhubungan dengan tugas.
a. Tujuan personal
Alasan
orang untuk mengikuti kelompok dapat di bedakan empat kategori utama yaitu
untuk hubungan sosial,penyaluran,kelompok terapi dan belajar.
b. Tujuan yang berhubungan dengan
pekerjaan
Komunikasi
kelompok kecil sering di gunakan untuk menyelesaikan dua tugas umum yaitu
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.
2.1.11 Kelompok kecil sebagai satu system
Masukan. Merupakan materi mentah dalam
kelompok kecil seperti orang informasi yang di gunakan kelompok untuk
berinteraksi orang atau anggota kelompok adalah masukan karena tiap orang dalam
kelompok membawa kualitas tertentu seperti kepribadian ,umum.kesehatan.pengetahuan,sikap,nilai,dan
kemampuan memecahkan masalah.seperti kita ketahui system bersifat terbuka atau
tertutup tergantung pada tingkat komunikasi dengan lingkunganya.
2.1.12 Karakteristik Kelompok Kecil
A.
Karakteristik
yang pertama adalah mempermudah pertemuan ramah tanah.bukti menunjukan bahwa
bila orang datang bersama-sama mereka cenderung untuk berlomba.perlomban itu
mempunyai tipe ,tidak ada yang menang atau yang kalah tetapi mempunyai konotasi
yang sama.
B.
Karakteristik
yang ke dua adalah personality kelompok.bila sekelompok orang datang bersama
mereka membentuk identitas mereka sendiri yang menjadikan personaliti kelompok.
C.
Karakteristik
yang ke tiga adalah kekompakan yaitu daya tarikan anggota kelompok satu sama
lain dan keinginan mereka untuk bersatu.
D.
Karakteristik
yang ke empat adalah komitmen terhadap tugas.aktivitas individu lainnya dalam
kelompok yand dekat hubunganya dengan komitmen adalah motivsi.
E.
Karakteristik
yang ke lima adalah besarnya kelompok.
F.
Karakteristik
yang ke enam adalah norma kelompok.norma kelompok adalah aturan dan pedoman
yang di gunakan oleh kelompok itu sendiri maupun beberapa faktor eksternal di
luar kelompok.
G.
Karakteristik
yang terahkir adalah saling tergantung satu sama lain.karakteristik yang paling
penting adalah anggota kelompok tergantung satu sama lain.untuk beberapa
tingkatan tertentu.
2.7.5 Variabel Kunci Kelompok Kecil
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi kelompok kecil di antaranya adalah
variabel yang berhubungan dengan input kelompok dan proes transformasi kelompok.beberapa di
antara faktor kunci tersebut akan di bicarakan pada bagian berikut ini.
1. Pengorganisasian Kelompok
Pengorganisasian terbagi menjadi 4
bagian yaitu :
a. Pemimpin
kelompok(leader)
Tugas
leader adalah :
Ø Menyusun
rencana aktivitas atau kegiatan kelompok
Ø Mengarahkan
kelompok dalam mencapai tujuan
Ø Memfasilitasi
setiap anggota untuk mengekspresikan perasaanya serta mengajukan pendapat dan
memberikan umpan balik (feedback)
Ø Berperan
sebagai role model
b. Pembantu
pemimpin (co. leader)
Mempunyai tugas
membantu leader dalam mengorganisasi anggota kelompok
c. Fasilitator
Mempunyai tugas
membantu leader dan memfasilitasi angota untuk berperan aktif serta memotivasi
anggota
d. Observer
Tugasnya sebagai
berikut :
ü Mengobservasi
setiap respon kelompok
ü Mencatat
semua proses yang terjadi dan setiap perubahan tingkah laku anggota kelompok.
ü Memberikan
umpan balik pada kelompok
2. Dinamika
Kelompok
Seorang konselor dapat memanfaatkan
semua proses kelompok (groum process),
yang artinya dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota-anggota
kelompok yang bekerja sama di dalamnya dan memecahkan problem di dalamnya. Ada
pula yang disebut dinamika kelompok
yaitu komponen-kompone yang berperan dalam proses kelompok yang harus di pahami
oleh konselor. Dinamika dapat diartikan dengan berbagai cara, antara lain :
1)
yang dapat sebagai kekuatan- kekuatan
social dalam suatu kelompok yang mempengaruhi proses kerja sama dalam kelompok
2)
Metode-metode dan teknik-teknik yang
dapat diterapkan kepada sejumlah orang yang bekerja sama dalam kelompok
terhadap jalanya proses kelompok dan pemberian umpan balik
3) Cara-cara
menangani organisasi juga pengelolaan kelompok-kelompok.
Contoh :
Penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetap ijuga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai
kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompokata masyarakat secara keseluruhan ingin hidup
sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara
perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).
PENUTUP
1.1
KESIMPULAN
Konseling kebidanan
adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan,
dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional(sesuai dengan
bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan
perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan konseling diarahkan sebagai layanan yang membantu masalah yang
dihadapi klien.Oleh karna itu, bidan sebagai konselor harus berusaha
mengambangkan potensi yang ada agar dapat digunakan klien secara efektif
3.2 SARAN
1. Bagi Institusi
a. Agar
lebih sabar serta telaten dalam membimbing peserta praktek.
b. Dapat menerapkan teori dengan lapangan/lahan
praktek sesuai dengan standart kesehatan.
2. Bagi Mahasiswa
a. Agar mahasiswa dapat menggali ilmu lebih dalam
lagi dalam memahami teori sehingga dapat diterapkan di lahan praktek.
b. Supaya mahasiswa lebih disiplin serta
mengefisienkan waktu dalam menjalankan tugasnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Johan T.A, dan
Yulifah Rita. 2009. Komunikasi dan
Konseling dalam Kebidanan. Jakarta:Salemba
Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar