Sabtu, 06 April 2013

komunikasi terapeutik

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1         Latar belakang
Komunikasi dalam profesi kebidanan sangatlah penting sebab tanpa komunikasi dalam pelayanan kebidanan sulit diaplikasikan. Dalam proses asuhan kebidanan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien guna mencapai kesehatan tingkat optimal. Oleh karna bertujuan untuk terapi, maka komunikasi dalam kebidanan disebut komunikasi terapeutik. Jadi inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilaksanankan untuk tujuan terapi.

1.2         Tujuan
1.2.1        Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik.
1.2.2        Mengetahui tujuan komunikasi terapeutik.
1.2.3        Mengetahui prinsip komunikasi terapeutik.
1.2.4        Mengetahui aplikasi dari komunikasi terapeutik.
1.2.5        Mengetahui tekhnik komunikasi terapeutik.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah adalah komunikasi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk terapi.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang arti komunikasi yaitu:
1.           (Northouse, 1998), kemampuan atau keterampilan seorang bidan untuk membantu klien bradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar berhubungan dengan orang lain.
2.           (Stuart G.W 1998), komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara bidan dan klien, dalam hubungan ini bidan dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
3.           (Hibdon. S dalam Suryani, 2005), sebagai pendekatan konseling yang memungkinkan klien menemukan siapa dirinya, dan ini merupakan fokus dari komunikasi terapeutik.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik dalam proses asuhan kebidanan adalah suatu hubungan interpersonal antara bidan dan klien, dimana bidan berupaya agar klien dapat mengatasi masalahnya sendiri maupun masalahnya dengan orang lain  atau lingkungnnya.






2.2         Tujuan komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik mempunyai tujuan  untuk memotivasi dan mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih kontruktif dan adaptif. Selain itu komunikasi terapeutik juga diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi hal-hal berikut:
1.      Penerimaan diri dan peningkatan terhadap penghormatan diri.
Klien yang sebelumnya tidak menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, serta berkomunikasi terapeutik dengan bidan akan mampu menerima dirinya. Diharapkan bidan dapat mengubah cara pandang klien tentang dirinya dan masa depannya sehingga klien dapat menghargai dan menerima diri apa adanya.
2.      Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
Klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, dan menerima apa adanya, bidan akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya ( Hibdon S., dalam Suryani, 2005).
3.      Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
Sebagai klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Tugas bidan dengan kondisi seperti itu adalah membimbing klien dalam membuat tujuan yang realistis serta meningkatkan kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
4.      Rasa identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri.
Identitas personal yang dimaksud adalah status, peran dan jenis kelamin klien. Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan juga memiliki harga diri yang rendah. Bidan diharapkan membantu klien untuk meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri klien melalui komunikasinya.


2.3         Prinsip komunikasi terapeutik
Prinsip-prinsip terapeutik yang harus diterapkan agar mendapatkan atau mencapai hasil yang memuaskan yaitu dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Menjadikan klien sebagai suatu fokus utama dalam interaksi.
2.      Mengkaji kualitas intelektual untuk menentukan pemahaman.
3.      Mempergunakan sikap membuka diri  hanya tujuan terapeutik.
4.      Menerapkan perilaku profesional dalam mengatur hubungan terapeutik.
5.      Menghindari hubungan sosial dengan klien.
6.      Harus betul-betul menjaga kerahasiaan klien.
7.      Mengimplementasikan intervensi berdasarkan teori.
8.      Mengobservasi respon verbal klien melalui pernyataan klarifikasi dan hindari perubahan subjek atau topik jika perubahan isi topik bukan suatu yang sangat menarik bagi klien.
9.      Memelihara hubungan atau interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkahlaku dan memberi nasehat klien.
10.  Berikan petunjuk klien untuk menginterpretasi kembali pengalamannya secara rasional.



2.4         Aplikasi komunikasi terapeutik
1.      Komunikasi pada bayi dan balita
Prinsip komunikasi yang efektif pada anak
a.       Mengikuti perkembangan psikologis pada anak.
b.      Kontak kasih sayang orang tua, memperkuat kepribadian anak.
c.       Pentingnya dalam komunikasi belaian, dukungan, dan sentuhan menimbulkan rasa bahagia.
d.      Dorongan bidan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan dukungan.


2.      Komunikasi pada remaja
Bidan melakukan komunikasi pada remaja dengan menitik beratkan pada:
a.       Perubahan fisik/biologis sesuai usia.
b.      Perubahan emosi dan perilaku remaja.
c.       Kehamilan pada remaja.
d.      Narkotika.
e.       Kenakalan remaja.
f.       Hambatan dalam belajar.
Komunikasi pada remaja lebih memperhatikan:
a.       Kenyamanan remaja dalam menerima informasi.
b.      Memperhatikan cara pandang remaja dalam menyikapi pesan yang disampaikan.
c.       Memfokuskan persoalan yang akan disampaikan.
d.      Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar.
e.       Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan rasa percaya pada remaja.
f.       Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat menyampaikan pesan.
g.      Menjalin keakraban pada remaja.

3.      Komunikasi pada calon orang tua
Calon orang tua perlu adanya pemahaman tentang hal-hal:
a.       Menjadi orang tua.
b.      Tanggung jawab laki-laki sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah.
c.       Tanggung jawab ibu sebagai ibu dalam keluarga.
d.      Peran ibu dalam keluarga sangat kompleks diantaranya kesejahteraan keluarga, memelihara dan mempertahankan hidup dengan penuh kesetiaan ( peran ibu dan istri )


4.      Komunikasi pada wanitahamil ( masa atenatal )
Hal-hal yang menimbukan kecemasan dan ketakutan ibu hamil adalah
a.       Ibu hamil pertama belum punya pengalaman.
b.      Anak yang tidak diharapkan.
c.       Persalinan yang lalu tidak menyenangkan.

5.      Komunikasi pada ibu bersalin (  masa natal )
Pelaksanaan komunikasi pada ibu melahirkan:
a.       Komunikasi ibu bersalin difokuskan pada tekhnik-tekhnik ibu bersalin.
b.      Pemberian pesan harus sabar, sehingga ibu merasa nyaman dan tanggap dan bisa mempraktekkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

6.      Komunikasi pada ibu nifas
Prinsip komunikasi pada ibu nifas:
a.       Komunikasi difokuskan pada permasalahannya kasusnya masa nifas.
b.      Disesuaikan dengan kondisi ibu, tindakan khususnya dana.
c.       Pesan harus mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima.
d.      Pemberian pesan harus memberikan contoh melalui atau mempraktekkan langsung pada ibu tersebut.

7.      Komunikasi pada ibu meneteki.
Pelaksanaan komunikasi ditekankan pada peran ibu untuk memberikan air susunya kepada bagi sebagai wujud pertalian kasih sayang.

8.      Komunikasi pada keluarga berencana
Pelaksaan komunikasi:
a.       Komunikasi berorientasi pada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan cara mengatasinya.
b.      Cara kerja alat kontrasepsi dan cara pemakaiannya.

9.      Komunikasi pada wanita masa klimaterium dan menopause
Pelaksaan komunikasi:
a.       Menjelasskan menopause adalah salah satu siklus kehidupan wanita.
b.      Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi.
c.       Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.
d.      Membantu klien dalam pengambilan keputusan.
e.       Komunikasi pada menopause harus dapatdisampaikan dan dapat diccerna dengan baik.
f.       Karena fungsi organnya mulai berkurang maka komunikasi bisa menggunakan alat bantu untuk mempermudah dalam memahami pesan yang disampaikan.

10.  Komunikasi dengan wanita yang mengalami gangguan reproduksi
Pelaksaan komunikasi:
a.       Menjelaskan penyebab atau kemungkinan gangguan yang diderita oleh ibu.
b.      Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi.
c.       Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan khususnya kesehatan reproduksi .
d.      Membantu klien dalam mengambil keputusan.
e.       Memberikan suport mental.





2.5         Tekhnik komunikasi terapeutik
Setiap orang berbeda-beda begitupuun dengan klien, tidak ada klien yang sama. Oleh karena itu, diperlukan tekhnik yang berbeda-beda dalam berkomunikasi dengan klien. Tekhnik komunikasi berikut ini, yang diikuti dari artikel purba, J.M. (2008) terdiri atas beberapa komponen berikut ini.
1.      Mendengarkan
Mendengarkan klien menyampaikan pesan verbal dan non-verbal mengandung arti bahwa bidan perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Bidan yang mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan salah satu upaya agar dapat mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang disampaikan klien. Beberapa keterampilan yang dapat diterapkan agar bidan mendengarkan klien dengan penuh perhatian adalah sebagai berikut.
a.       Pandanglah klien ketika sedang berbicara atau sedang menyampaikan pesan.
b.      Pertahankan kontak mata dengan memancarkan keinginan untuk mandengarkan.
c.       Pertahankan sikap tubuh yang menunjukkan bahwa kita perhatian dan jangan menyilangkan kaki atau tangan.
d.      Hindari melakukan tindakan-tindakan yang tidak perlu.
e.       Memberikan anggukan kepala jika klien membicarakan hal-hal penting atau memerlukan umpan balik.
f.       Posisikan tubuh dengan mencondongkan badan kearah lawan bicara.
2.      Menunjukkan penerimaan
Perlu diketahui bahwa menerima bukan berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untukmendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Sebagai seorang bidan kita harus menerima semua prilaku klien. Bidan sebaiknya menghindari ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala yang menunjukkan ketidak percayaan. Berikut ini sikap bidan yang menunjukkan rasa percaya.
a.       Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b.      Memberikan umpan balik verbal kepada klien dengan cara yang baik.
c.       Memastikan bahwa isyarat non-verbal sesuai dengan komunikasi verbal.
d.      Menghindari perdebatan, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien. Bidan dapat menganggukkan kepalanya atau berkata”Ya” atau, “Saya mengikuti apa yang anda ucapkan”.
3.      Menannyakan pertanyaan yang berkaitan
Menannyakan pertanyaan yang berkaitan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika berkaitan dengan topik yang dibicarakan dan menggunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Pertanyaan hendaknya dibicarakan secara berurutan selama pengkajian.
4.      Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Dengan mengulang kembali ucapan klien berarti bidan memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan diharapkan komunikasinya berlanjut. Namun, bidan harus berhati-hati ketika menggunakan teknik ini, sebab pengertian bisa rancu jika pengulangan pengucapan mempunyai arti yang berbeda.
5.      Klarifikasi
Jika terjadi kesalahpahaman sebaiknya bidan memberhentikan pembicaraan sejenak untuk mengklarifikasi dan menyamakan pemahaman. Karena keakuratan informasi sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan.
6.      Memfokuskan
Tekhnik ini bertujuan untuk membatasi pembicaraan sehingga lebih speaifik dan dimengerti.



7.      Menyampaikan hasil observasi
Bidan perlu memberikan respon kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima pesan diterima baik dan benar.
8.      Menawarkan informasi
Pemberian tambahan informasi dapat dijadikan  sebagai pendidikan kesehatan bagi klien dan juga bisa menambah rasa percaya klien terhadap bidan.
9.      Diam
Diam memberikan kesempatan kepada bidan dan klien untuk mengorganisasikan pikiran masing-masing. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri dalam memproses informasi yang ada.
10.  Meringkas
Meringkas adalah mengulang ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Tekhnik ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya.
11.  Memberikan penghargaan
Memberikan penghargaan kepada klien dapat dilakukan dengan cara seperti menyambutnya dengan salam dan menyebut namanya.
12.  Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Seringkali bidan hanya menawarkan kehadirannya dan ketertarikannya tanpa mempertimbangkan kondisi klien, sesungguhnya tekhnik komunikasi ini harus dilakukan dengan tulus.
13.  Memberi kesempatan kepada klien untuk pembicaraan
Bidan sebaiknya memberikan kesempatan pada klien untuk berinisiatif dan memilih tema  pembicaraan.
14.  Mempersilahkan untuk meneruskan pembiacaraan
Tekhnik ini mengidentifikasi bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan selanjutnya respek apa yang dibicarakan.

15.  Menganjurkan klien untuk menjelaskan presepsinya
Jika bidan ingin mengerti klien lebih jauh, maka bidan tersebut harus melihat klien yang sesungguhnya dari segala prespektif.
16.  Reflesksi
Refleksi adalah suatu tekhnik yang menganjurkan klien untuk  mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
17.  Dimensi respons
Dimensi respon yang harus dimiliki bidan terdiri dari 4hal (nurjanah I., 2001) yaitu sebagai berikut:
a.       Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan kepada orang lain tentang gambaran diri kita yang sebenarnya (Smith dalam prayitno, 1999)
b.      Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain, serta memahami bagaimana perasaan orang lain dan apa yang menyebabkan seseorang bereaksi terhadap suatu hal tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain (Smith dalam prayitno, 1999).
c.       Respek atau hormat
(Egan cit. Susan Smith dalam prayitno, 1999) adalah kesediaan untuk bekerja dengan klien, menunjukkan sikap siap sedia.
d.      Konkret
Bidan menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat berdiskusi dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya.
18.  Dimensi tindakan
Dimensi tindakan  memiliki komponen-komponen yaitu,
a.       Konfrontasi
Konfrontasi adalah ekspresi bidan terhadap prilaku klien yang berbeda dan hal ini bermanfaat untuk memperluas kesadaran diri klien.

b.      Keterbukaan
Keterbukaan dilakukan ketika bidan memberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan,dan sikapnya sendiri. Hal ini berguna untuk memfasilitasi kerja sama, proses belajar, dan katarsis atau dukungan klien.
c.       Kesegaran
Kesegaran ini terjadin apabila hubungan perawat klien difokuskan dan digunakan untuk memepelajari fungsiklien dalam hubungan interpersonal lainnya.
d.      Bermain peran
Bermain peran dilakukan untuk membangkitkan situasi tertentu guna meningkatkan penghayatan klien terhadap hubungan interpersonal dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain.
e.       Katarsis emosional
Bidan harus bisa mendorong klien untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya dengan tujuan mendapatkan efek terapeutik.










BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
Komunikasi terapeutik dalam kebidanan sangatlah penting dimana dalam komunikasi terapeutik dalam pelayanan harus diaplikasikan untuk memberikan kenyamanan pada klien.
Bidan juga harus bisa mengaplikasikan komunikasi terapeutik dalam asuhan kebidanan karena supaya klien dapat memberikan informasi yang sebenarnya dan mengerti pesan apa yang telah disampaikan oleh bidan.
3.2.       Saran
Tenaga kesehatan harus memahami segala aspek terkait dalam pemberian pada wanita yang dimulai sejak usia remaja sampai dengan menoupause. Diantaranya adalah dalam memberikan konseling pada klien dengan menggunakan atau menerapkan metode komunikasi terapeutik, yang bertujuan untuk klien merasa nyaman dan aman dalam memberikan informasi kepada bidan.












DAFTAR PUSTAKA


Priyanto, Agus. (2009). Komunikasi Dan Konseling. Jakarta: salemba medika.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar