BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Komunikasi
dalam profesi kebidanan sangatlah penting sebab tanpa komunikasi dalam
pelayanan kebidanan sulit diaplikasikan. Dalam proses asuhan kebidanan,
komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien guna mencapai kesehatan
tingkat optimal. Oleh karna bertujuan untuk terapi, maka komunikasi dalam
kebidanan disebut komunikasi terapeutik. Jadi inti dari komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang dilaksanankan untuk tujuan terapi.
1.2
Tujuan
1.2.1
Mengetahui pengertian
komunikasi terapeutik.
1.2.2
Mengetahui tujuan komunikasi
terapeutik.
1.2.3
Mengetahui prinsip
komunikasi terapeutik.
1.2.4
Mengetahui aplikasi
dari komunikasi terapeutik.
1.2.5
Mengetahui tekhnik
komunikasi terapeutik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah adalah komunikasi yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk terapi.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang arti
komunikasi yaitu:
1.
(Northouse,
1998), kemampuan atau keterampilan seorang bidan untuk membantu klien
bradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar
berhubungan dengan orang lain.
2.
(Stuart
G.W 1998), komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara bidan
dan klien, dalam hubungan ini bidan dan klien memperoleh pengalaman belajar
bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
3.
(Hibdon.
S dalam Suryani, 2005), sebagai pendekatan konseling yang memungkinkan klien
menemukan siapa dirinya, dan ini merupakan fokus dari komunikasi terapeutik.
Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik dalam proses
asuhan kebidanan adalah suatu hubungan interpersonal antara bidan dan klien,
dimana bidan berupaya agar klien dapat mengatasi masalahnya sendiri maupun
masalahnya dengan orang lain atau lingkungnnya.
2.2
Tujuan komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mengembangkan pribadi
klien kearah yang lebih kontruktif dan adaptif. Selain itu komunikasi
terapeutik juga diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi hal-hal berikut:
1.
Penerimaan
diri dan peningkatan terhadap penghormatan diri.
Klien
yang sebelumnya tidak menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, serta
berkomunikasi terapeutik dengan bidan akan mampu menerima dirinya. Diharapkan
bidan dapat mengubah cara pandang klien tentang dirinya dan masa depannya
sehingga klien dapat menghargai dan menerima diri apa adanya.
2.
Kemampuan
membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung
dengan orang lain.
Klien
belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang
terbuka, jujur, dan menerima apa adanya, bidan akan dapat meningkatkan
kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya ( Hibdon S., dalam
Suryani, 2005).
3.
Peningkatan
fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang
realistis.
Sebagai
klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Tugas bidan dengan kondisi seperti itu adalah membimbing klien
dalam membuat tujuan yang realistis serta meningkatkan kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan dirinya.
4.
Rasa
identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri.
Identitas
personal yang dimaksud adalah status, peran dan jenis kelamin klien. Klien yang
mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya
diri dan juga memiliki harga diri yang rendah. Bidan diharapkan membantu klien
untuk meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri klien melalui
komunikasinya.
2.3
Prinsip komunikasi terapeutik
Prinsip-prinsip terapeutik yang harus diterapkan agar
mendapatkan atau mencapai hasil yang memuaskan yaitu dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Menjadikan
klien sebagai suatu fokus utama dalam interaksi.
2.
Mengkaji
kualitas intelektual untuk menentukan pemahaman.
3.
Mempergunakan
sikap membuka diri hanya tujuan
terapeutik.
4.
Menerapkan
perilaku profesional dalam mengatur hubungan terapeutik.
5.
Menghindari
hubungan sosial dengan klien.
6.
Harus
betul-betul menjaga kerahasiaan klien.
7.
Mengimplementasikan
intervensi berdasarkan teori.
8.
Mengobservasi
respon verbal klien melalui pernyataan klarifikasi dan hindari perubahan subjek
atau topik jika perubahan isi topik bukan suatu yang sangat menarik bagi klien.
9.
Memelihara
hubungan atau interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian
tentang tingkahlaku dan memberi nasehat klien.
10. Berikan petunjuk klien untuk
menginterpretasi kembali pengalamannya secara rasional.
2.4
Aplikasi komunikasi terapeutik
1.
Komunikasi
pada bayi dan balita
Prinsip
komunikasi yang efektif pada anak
a.
Mengikuti
perkembangan psikologis pada anak.
b.
Kontak
kasih sayang orang tua, memperkuat kepribadian anak.
c.
Pentingnya
dalam komunikasi belaian, dukungan, dan sentuhan menimbulkan rasa bahagia.
d.
Dorongan
bidan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan dukungan.
2.
Komunikasi
pada remaja
Bidan
melakukan komunikasi pada remaja dengan menitik beratkan pada:
a.
Perubahan
fisik/biologis sesuai usia.
b.
Perubahan
emosi dan perilaku remaja.
c.
Kehamilan
pada remaja.
d.
Narkotika.
e.
Kenakalan
remaja.
f.
Hambatan
dalam belajar.
Komunikasi pada remaja
lebih memperhatikan:
a.
Kenyamanan
remaja dalam menerima informasi.
b.
Memperhatikan
cara pandang remaja dalam menyikapi pesan yang disampaikan.
c.
Memfokuskan
persoalan yang akan disampaikan.
d.
Menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar.
e.
Menjalin
sikap terbuka dan menumbuhkan rasa percaya pada remaja.
f.
Bisa
menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat menyampaikan pesan.
g.
Menjalin
keakraban pada remaja.
3.
Komunikasi
pada calon orang tua
Calon
orang tua perlu adanya pemahaman tentang hal-hal:
a.
Menjadi
orang tua.
b.
Tanggung
jawab laki-laki sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah.
c.
Tanggung
jawab ibu sebagai ibu dalam keluarga.
d.
Peran
ibu dalam keluarga sangat kompleks diantaranya kesejahteraan keluarga,
memelihara dan mempertahankan hidup dengan penuh kesetiaan ( peran ibu dan
istri )
4.
Komunikasi
pada wanitahamil ( masa atenatal )
Hal-hal
yang menimbukan kecemasan dan ketakutan ibu hamil adalah
a.
Ibu
hamil pertama belum punya pengalaman.
b.
Anak
yang tidak diharapkan.
c.
Persalinan
yang lalu tidak menyenangkan.
5.
Komunikasi
pada ibu bersalin ( masa natal )
Pelaksanaan
komunikasi pada ibu melahirkan:
a.
Komunikasi
ibu bersalin difokuskan pada tekhnik-tekhnik ibu bersalin.
b.
Pemberian
pesan harus sabar, sehingga ibu merasa nyaman dan tanggap dan bisa
mempraktekkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
6.
Komunikasi
pada ibu nifas
Prinsip
komunikasi pada ibu nifas:
a.
Komunikasi
difokuskan pada permasalahannya kasusnya masa nifas.
b.
Disesuaikan
dengan kondisi ibu, tindakan khususnya dana.
c.
Pesan
harus mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima.
d.
Pemberian
pesan harus memberikan contoh melalui atau mempraktekkan langsung pada ibu
tersebut.
7.
Komunikasi
pada ibu meneteki.
Pelaksanaan
komunikasi ditekankan pada peran ibu untuk memberikan air susunya kepada bagi
sebagai wujud pertalian kasih sayang.
8.
Komunikasi
pada keluarga berencana
Pelaksaan
komunikasi:
a.
Komunikasi
berorientasi pada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan cara
mengatasinya.
b.
Cara
kerja alat kontrasepsi dan cara pemakaiannya.
9.
Komunikasi
pada wanita masa klimaterium dan menopause
Pelaksaan
komunikasi:
a.
Menjelasskan
menopause adalah salah satu siklus kehidupan wanita.
b.
Deteksi
dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi.
c.
Memberikan
informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.
d.
Membantu
klien dalam pengambilan keputusan.
e.
Komunikasi
pada menopause harus dapatdisampaikan dan dapat diccerna dengan baik.
f.
Karena
fungsi organnya mulai berkurang maka komunikasi bisa menggunakan alat bantu
untuk mempermudah dalam memahami pesan yang disampaikan.
10. Komunikasi dengan wanita yang mengalami
gangguan reproduksi
Pelaksaan
komunikasi:
a.
Menjelaskan
penyebab atau kemungkinan gangguan yang diderita oleh ibu.
b.
Deteksi
dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi.
c.
Memberikan
informasi tempat-tempat pelayanan khususnya kesehatan reproduksi .
d.
Membantu
klien dalam mengambil keputusan.
e.
Memberikan
suport mental.
2.5
Tekhnik komunikasi terapeutik
Setiap orang berbeda-beda begitupuun dengan klien,
tidak ada klien yang sama. Oleh karena itu, diperlukan tekhnik yang
berbeda-beda dalam berkomunikasi dengan klien. Tekhnik komunikasi berikut ini,
yang diikuti dari artikel purba, J.M. (2008) terdiri atas beberapa komponen
berikut ini.
1.
Mendengarkan
Mendengarkan
klien menyampaikan pesan verbal dan non-verbal mengandung arti bahwa bidan
perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Bidan yang mendengarkan dengan
penuh perhatian merupakan salah satu upaya agar dapat mengerti seluruh pesan
verbal dan non-verbal yang sedang disampaikan klien. Beberapa keterampilan yang
dapat diterapkan agar bidan mendengarkan klien dengan penuh perhatian adalah
sebagai berikut.
a.
Pandanglah
klien ketika sedang berbicara atau sedang menyampaikan pesan.
b.
Pertahankan
kontak mata dengan memancarkan keinginan untuk mandengarkan.
c.
Pertahankan
sikap tubuh yang menunjukkan bahwa kita perhatian dan jangan menyilangkan kaki
atau tangan.
d.
Hindari
melakukan tindakan-tindakan yang tidak perlu.
e.
Memberikan
anggukan kepala jika klien membicarakan hal-hal penting atau memerlukan umpan
balik.
f.
Posisikan
tubuh dengan mencondongkan badan kearah lawan bicara.
2.
Menunjukkan
penerimaan
Perlu
diketahui bahwa menerima bukan berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia
untukmendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Sebagai seorang bidan kita harus menerima semua prilaku klien. Bidan sebaiknya
menghindari ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan ketidaksetujuan
terhadap sesuatu, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala yang
menunjukkan ketidak percayaan. Berikut ini sikap bidan yang menunjukkan rasa
percaya.
a.
Mendengarkan
tanpa memutuskan pembicaraan.
b.
Memberikan
umpan balik verbal kepada klien dengan cara yang baik.
c.
Memastikan
bahwa isyarat non-verbal sesuai dengan komunikasi verbal.
d.
Menghindari
perdebatan, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran
klien. Bidan dapat menganggukkan kepalanya atau berkata”Ya” atau, “Saya
mengikuti apa yang anda ucapkan”.
3.
Menannyakan
pertanyaan yang berkaitan
Menannyakan
pertanyaan yang berkaitan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai klien. Paling baik jika berkaitan dengan topik yang dibicarakan dan
menggunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Pertanyaan hendaknya
dibicarakan secara berurutan selama pengkajian.
4.
Mengulang
ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Dengan
mengulang kembali ucapan klien berarti bidan memberikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan diharapkan komunikasinya
berlanjut. Namun, bidan harus berhati-hati ketika menggunakan teknik ini, sebab
pengertian bisa rancu jika pengulangan pengucapan mempunyai arti yang berbeda.
5.
Klarifikasi
Jika
terjadi kesalahpahaman sebaiknya bidan memberhentikan pembicaraan sejenak untuk
mengklarifikasi dan menyamakan pemahaman. Karena keakuratan informasi sangat
penting dalam memberikan asuhan kebidanan.
6.
Memfokuskan
Tekhnik
ini bertujuan untuk membatasi pembicaraan sehingga lebih speaifik dan
dimengerti.
7.
Menyampaikan
hasil observasi
Bidan
perlu memberikan respon kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya,
sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima pesan diterima baik dan benar.
8.
Menawarkan
informasi
Pemberian
tambahan informasi dapat dijadikan
sebagai pendidikan kesehatan bagi klien dan juga bisa menambah rasa
percaya klien terhadap bidan.
9.
Diam
Diam
memberikan kesempatan kepada bidan dan klien untuk mengorganisasikan pikiran
masing-masing. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya
sendiri dalam memproses informasi yang ada.
10. Meringkas
Meringkas
adalah mengulang ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Tekhnik
ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya.
11. Memberikan penghargaan
Memberikan
penghargaan kepada klien dapat dilakukan dengan cara seperti menyambutnya
dengan salam dan menyebut namanya.
12. Menawarkan diri
Klien
mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain.
Seringkali bidan hanya menawarkan kehadirannya dan ketertarikannya tanpa
mempertimbangkan kondisi klien, sesungguhnya tekhnik komunikasi ini harus
dilakukan dengan tulus.
13. Memberi kesempatan kepada klien untuk
pembicaraan
Bidan
sebaiknya memberikan kesempatan pada klien untuk berinisiatif dan memilih
tema pembicaraan.
14. Mempersilahkan untuk meneruskan
pembiacaraan
Tekhnik
ini mengidentifikasi bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan
dan selanjutnya respek apa yang dibicarakan.
15. Menganjurkan klien untuk menjelaskan
presepsinya
Jika
bidan ingin mengerti klien lebih jauh, maka bidan tersebut harus melihat klien
yang sesungguhnya dari segala prespektif.
16. Reflesksi
Refleksi
adalah suatu tekhnik yang menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide serta
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
17. Dimensi respons
Dimensi
respon yang harus dimiliki bidan terdiri dari 4hal (nurjanah I., 2001) yaitu
sebagai berikut:
a.
Kesejatian
Kesejatian
adalah pengiriman pesan kepada orang lain tentang gambaran diri kita yang
sebenarnya (Smith dalam prayitno, 1999)
b.
Empati
Empati
adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain, serta memahami
bagaimana perasaan orang lain dan apa yang menyebabkan seseorang bereaksi
terhadap suatu hal tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain (Smith
dalam prayitno, 1999).
c.
Respek
atau hormat
(Egan
cit. Susan Smith dalam prayitno, 1999) adalah kesediaan untuk bekerja dengan
klien, menunjukkan sikap siap sedia.
d.
Konkret
Bidan
menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat berdiskusi
dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya.
18. Dimensi tindakan
Dimensi
tindakan memiliki komponen-komponen
yaitu,
a.
Konfrontasi
Konfrontasi
adalah ekspresi bidan terhadap prilaku klien yang berbeda dan hal ini
bermanfaat untuk memperluas kesadaran diri klien.
b.
Keterbukaan
Keterbukaan
dilakukan ketika bidan memberikan informasi tentang diri, ide, nilai,
perasaan,dan sikapnya sendiri. Hal ini berguna untuk memfasilitasi kerja sama,
proses belajar, dan katarsis atau dukungan klien.
c.
Kesegaran
Kesegaran
ini terjadin apabila hubungan perawat klien difokuskan dan digunakan untuk
memepelajari fungsiklien dalam hubungan interpersonal lainnya.
d.
Bermain
peran
Bermain
peran dilakukan untuk membangkitkan situasi tertentu guna meningkatkan
penghayatan klien terhadap hubungan interpersonal dan memperdalam kemampuannya
untuk melihat situasi dari sudut pandang lain.
e.
Katarsis
emosional
Bidan
harus bisa mendorong klien untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya
dengan tujuan mendapatkan efek terapeutik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Komunikasi
terapeutik dalam kebidanan sangatlah penting dimana dalam komunikasi terapeutik
dalam pelayanan harus diaplikasikan untuk memberikan kenyamanan pada klien.
Bidan juga harus
bisa mengaplikasikan komunikasi terapeutik dalam asuhan kebidanan karena supaya
klien dapat memberikan informasi yang sebenarnya dan mengerti pesan apa yang
telah disampaikan oleh bidan.
3.2. Saran
Tenaga kesehatan harus
memahami segala aspek terkait dalam pemberian pada
wanita yang dimulai sejak usia remaja sampai dengan menoupause. Diantaranya
adalah dalam memberikan konseling pada klien dengan menggunakan atau menerapkan
metode komunikasi terapeutik, yang bertujuan untuk klien merasa nyaman dan aman
dalam memberikan informasi kepada bidan.
DAFTAR PUSTAKA
Priyanto, Agus. (2009). Komunikasi Dan
Konseling. Jakarta: salemba medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar