Bab II
Tinjauan pustaka
2.1
Definisi
Pengertian aborsi
Abortus
adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup
sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya
antara 400 sampai 1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
(
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Nasional Maternal dan Neonatal, 2003 )
Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
(Sarwono,
2001 : 145)
Abortus
adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
(Mochtar,
R., 2002 : 209)
Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
(Kapita
Selekta, Jilid I, 2001 : 260)
2.2 Kehilangan kehamilan dini
Kehilangan
pada kehamilan dini meliputi aborsi spontan (keguguran), aborsi diinduksi dan
kehamilan ektopik. Bagi orang awam istilah”aborsi” memiliki konotasi negative
yang bermakna bahwa kehamilan diakhiri secara sengaja.
2.2.1 Klasifikasi keguguran
a. Aborsi
spontan (keguguran )
Keguguran
adalah istilah yang biasa digunakan untuk aborsi spontan, yaitu pengeluaran
embrio atau janin premature dari uterus sebelum usia gestasi 20 – 24 minggu
(symonds, 1992.,pernolldan garmel, 1994). Sebagian besar (75%) aborsi spontan
terjadi sebelum usia gestasi 16 minggu – 62% terjadi sebelum usia 12 minggu
(pernoll dan garmel, 1994). Dengan demikian, aborsi spontan (keguguran) dini
dapat didefinisikan sebagai “kehilangan kehamilan sampai usia 16 minggu dari
awal periode menstruasi terakhir” (houwert-de jong et al. 1990, hlm. 534)
b. Aborsi imminens
Dalam
keadaan ini, terjadi perdarahan ringan per vaginam, serviks menutup ukuran
uterus sesuai denagn usia gestasi dan dapat disertai dengan nyeri pelvis
ringan. Perdarahan pervaginam pada trimester pertama dapat sangat
mengkhawatirkan karena kondisi ini memunculkan pertanyaan tentang hasil akhir
kehamilan. Namun, sekitar setengah jumlah wanita yang mengalami perdarahan pada
trimester pertama tetap melahirkan bayi yang sehat (symonds, 1992; allan,
1995). Perdarahan pada kehamilan dini dapat disebabkan oleh implantasi atau
erosi serviks atau mungkin tidak dapat dijelaskan. Tindakan yang
direkomendasikan dalam situasi ini hanya sedikit. Secara tradisional, nasihat
yang diberikan ialah tirah baring. Walaupun satu- satunya penelitian terkontrol
(diddle et al. 19953) menunjukan bahwa
hal tersebut tidak bermanfaat. Menghindari hubungan seksual untuk mengurangi
stimulus local juga dapat di rekomendasikan. Walaupun tindakan – tindakan ini
tidak terbukti, wanita dan pasanganya sering kali merasa perlu melakukann suatu
tindakan untuk mencoba dan mempertahankan kehamilan. Sselain itu, wanita dan
pasangannya cenderung membutuhkan perhatian simpatik dan dukungan sepanjang
masa ketidakpastian ini.
c. Aborsi
insipiens
Apabilah
tingkat keparahan nyeri dan perdarahan meningkat, mungkin aborsi tidak dapat
dielakan. perdarahan berupa darah berwarna merah terang , beku-bekuan darah
keluar ketika serviks terbuka dan embran dapat mengalami rupture. Beberapa
bagian produk konsepsi dapat keluar atau tetap beradda didalam uterus. Nyeri
yang dirsakan sangat berat dan timbul kram yang disebabkan oleh kontraksi
uterus, dan dapat disertai nyeri punggung apabila keguguran tidak terelakan,
keguguran dapat terjadi dalam bentuk komplrt atau tidak komplet.
d. Keguguran
komplet
Pada
keguguran komplet, semua produk konsepsi dikeluarkan dari uterus kemungkinan
terdapat sejumlah kecil rabas berwarna kemerahan, serviks tertutup dan wanita
dapat merasa sedikit nyeri. Semua produk konsepsi harus diteliti secara
histologi untuk memastikan bahwa tidak ada bukti kehamilan mola. Namun, sebelum
usia gestasi 16 minggu, beberapa produk konsepsi kemungkinan tidak
dikeluarkan(allan, 1995), sehingga wnita tersebut mungkin perlu menjalani
pembedahan atau mendapat intervensi medis untuk mengosongkan uterusnya.
e. Keguguran
inkomplet
Pada
keguguran inkomplet, tidak semua produk konsepsi keluar, pendarahan berlanjut,
serviks tetap terbuka dan kemungkinan terdapat risiko perdarahan wanita
tersebut mungkin perlu dirawat dirumah sakit agar produk konsepsi yang
masihtertahan dapat dikeluarkan, baik melalui pengisapan (suction) dan kuretase
atau hanya kuretase. Uterus harus kosong dari semua produk konsepsi. Terdapat
kemungkinan risiko perdarahan (yang memerlukan penanganan kedaruratan) dan
infeksi. Beberapa unit menawarkan tindakan medis alternative yang memberi
beberapa pilihan pada wanita mengenai penatalaksanan keguguran yang dialaminya.
Beberapa pesarium yang mengandung misoprostol 800 µg (suatu analog prostaglandin) dimasukkan
per vagina dan wnita diobservasi dirumah sakit selama 6-8 jam. Setelah
pemeriksaan vagina (periksa dalam ) dan mengasumsi bahwa kwhilngan darah per
vagina tidak berat, wanita dapat dipulangkan kerumah. Kehilangan darah
berlanjut rata- rata selama 10 hari.
f. Missed
abortion
Dalam
aborsi ini janin telah mati, tetapi produk konsepsi tidak dikeluarkan.
Kemungkinan terdapat beberapa tanda eksternal kehamilan, yakni uterus tidak
semakin membesar, yang mengindikasikan bahwa embrio atau janin telah mati di
dalam uterus, tetapi serviks tetap tertutup. Apabila uterus gagal mengeluarkan
poduk konsepsi, produk tersebut dapat direabsorpi kembali secara bertahap. Pada
beberapa kasus, bekuan darah disekitar janin di reorganisasi sebagian dan
diikuti oleh pembentukan mola karneosa (darah). Biasanya pada usia sekitar 21
hari (tindall, 1987), janin telah gugur.
g. Kegugran
spontan berulang
Istilah
ini digunakan jika seorang wanita mengalami aborsi spontan sebanyak 3 kali
berturut-turut sebelum usia mencapai 20-24 minggu (pernoll dan garmell, 1994).
Walupun factor- foktor penyebab dapat diidentifikasi , penyebab tersebut
seringkali tetap tidak diketahui specialist miscarriage clinic untuk pasangan
yang mengalami kegugran berulang dapat membantu mengidentifikasi penyebab
tertentu dan dapat memberikan dukungan psikologi dan konseling yang dibutuhkan.
Keguguran berulang sangat membuat orang tua stress, tetapi telah diperkirakan
(pernoll dan garemel,1994) bahwa bahkan setelah 3 kali kehilangan kehamilan,
insiden keberhasila kehamilan ialah 68%
h. Isoimunisasi
Setelah
kehamilan tipe apapun , seorang wanita yang memiliki rhesus negative harus
diberikan imunoglobin rhesus dalam 72 jam untuk mencegah isoimunisasi.
2.2.2 Gejala dari abortus
a. Abortus
imminens
-
Perdarahan
sedikit
-
Nyeri
memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali
-
Pada
pemeriksaan dalam belum ada pembukaan.
-
Tidak
diketemukan kelainan pada serviks.
b. Abortus insipiens
-
Perdarahan
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
-
Nyeri
karena kontraksi rahim kuat
-
Akibat
kontraksi rahim terjadi pembukaan
c. Abortus Incompletus
-
Perdarahan
masih berlanjut
-
Pada
pemeriksaan dalam terjadi pembukaan
d. Abortus Completus
-
Keluar
gumpalan darah dan bagian tubuh dari janin.
e. Missed Abortion
-
Rahim
tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban.
-
Terjadinya
amenore berlangsung terus menerus.
2.3 Kehamilan ektopik
Kondisi
ini terjadi jika sebuah ovum yang telah dibuahi tertanam di suatu daerah diluar
rongga uterus. Kondisi ini terjadi pada sekitar 1 dari 200 kehamilan (symonds,
1992), walaupun insidensi tersebut meningkat (Irvine et al 1994). Tempat yang
paling sering ialah di tuba fallopii, walaupun implantasi dapat terjadi didalam
ovarium, rongga abdomen, atau di serviks.
2.3.1 Penyebab
Penyebab
utama berhubungan dengan factor-faktor yang mencegah atau menghambat gerakan
ovum yang telah dibuahi melalui tuba fallopii dan masuk ke dalam uterus.
Factor-faktor tersebut meliputi riwayat terminasi kehamilan dan penyakit radang
panggul (Irvine et al1994), keberadaan alat kontrasepsi dalam Rahim dan riwayat
masalah fertilitas,
2.3.2 Mengenali
kehamilan ektopik
Pengenalan
bergantung pada luasnya tempat kehamilan ektopik. Apabila kehamilan terjadi di
tuba fallopii, yang merupakan bentuk kehamilan ektopik yang paling sering
terjadi. Maka wanita memiliki riwayat amenore selama 6-8 minggu, mengalami
nyeri abdomen dan kemudian mengalami perdarahan dari vagina. Intesitas nyeri
meningkat pada saat tuba rupture, terjadi perdarahan dan wanita tersebut dapat
mengalami syok sehingga ia perlu dibawah ke rumah sakit.
2.3.3 Penatalaksanaan
kehamilan ektopik
Kondisi
ini bergantung pada tempat dan durasi kehamilan serta kondisi wanita. Rupture
tuba disertai perdarahan berarti bahwa wanita tersebut memerlukan pembedahan
abdomen daarurat- upaya dilakukan untuk mempertahankan tuba fallopii, jika
memungkinkan, tetapi sebaliknya mungkin diperlukan salpingektomi.
a) Aborsi
diinduksi
Aborsi
diinduksi mengacu pada tindakan aborsi, baik yang resmi (sesuai undang –undang
aborsi) maupun tidak resmi (di luar undang –undang aborsi)
b) Aborsi
terapeutik
Terminasi
kehamilan yang legal diizinkan di bawah undang- undang aborsi 1967, sesuai
dengan yang diamendemenkan oleh undang- undang fertilitasasi manusia dan
embriologi pada tahun 1990 bab 37 (uu di Negara inggris ). Batas waktu 24
minggu diizinkan, jika aborsi dilakukan dengan alasan cendera atau jika
kehamilan membuat kesehatan fisik dan mental wanita beresiko, risiko tersebut
lebih besar dari pada risiko terminasi kehamilan.
c) Aborsi
illegal
Aborsi
illegal merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan produk- produk konsepsi dari
uterus yang tidak diatur dalam undang – undang aborsi . aborsi illegal dikaitkan dengan angka mortalitas dan
morbiditas yang tinggi, terutama disebabkan oleh sepsis dan perdarahan.
d) Aborsi
sepsis
Aborsi
sepsis dapat terjadi setelah aborsi tidak komplet dan aborsi yang diinduksi,
terutama aborsi yang dilakukan secara illegal, karena pada aborsi ini bakteri
mendapat akses ke dalam traktus genitalis. Pireksia terjadi dan rabas berbau
busuk dapat keluar dari vagina.
2.4 Metode aborsi diinduksi
Metode
yang digunakan bergantung pada sejumlah factor, meliputi durasi kehamilan ,
kondisi fisik wanita dan fasilitas medis serta keahlian yang tersedia . metode
yang umum digunakan sebelum gestasi berusia 12-14 ialah dengan pengisapan dan
kuretase, setelah usia 12-14 minggu , persalinan dapat diinduksi. Misalnya,
melalui pemberian prostaglandin vaginal. Apapun ruang lingkup dan metode yang
digunakan, wanita tersebut memerlukan asuhan yang disertai sikap simpati dan
tidak menghakimi.
2.5 Aspek social – budaya
menggugurkan kandungan
Sebenernya
alam telah melakukan seleksi dan pembatasan kelahiran dengan jalan hanya satu
telur dilepaaskan dalam dalam satu siklus menstruasi, sehingga kehamilan
sebagian besar tunggal. Tetapi oleh karena kesehatan makin membaik , tetapi
oleh karena kesehatan mkin membaik, tetapi oleh karena kesehatan makin membaik,
terjadi perubahan perilaku seksual makin liberal dantekanan ekonomi menyebabkan
terjadi upaya membatasi kelahiran.
Gerakan
keluarga berencana yang ad sampai saat ini belum mampu memberikan kesadaran
setiap orang betapa pntingnya untuk membatasi jumlah dan susnan keluarga melali
pelaksanaan metode keluarga berencana. Disamping itu nasih dijumpai bahwa
mereka yang ingin membatasi jumlah dan susunan keluarga tetapi enggan untuk
memaakai salah satu metode kb denagn berbagai alasan. Perlu diketahui bahwa
pelaksanaan gugur kandungan merupakan metode kb yang paling tua didunia sama
tuanya dengan umur manusia dan era modern mendapat tempat sebagai penunjang
penurunan angka kelahiran.
2.6 Aspek hokum pelaksanaan gugur
kandungan
Bangsa
Indonesia sadar akan makin meningkatnya permintaan ggugur kandungan yang tidak
dapat di bending, sehingga mengeluarkan UU kesehatan no 23 pasal 15 th 1992.
2.7 Efek kehilangan kehamilan dini
Bagian
ini berfokus pada efek-efek pada wanita dan pasanganya setelah mengalami
keguguran dini atau kehamilan ektopik, aborsi diinduksi juga menimbulkan
konsekuensi fisik dan emosional, tetapi hal tersebut tidak di bahas secara
spesifik disini
Efek
fisik akibat kehilangan kehamilan dini
Bagi
wanita yang mengalami keguguran dini, keluarnya sejumlah besar darah dan bekuan
darah serta nyeri membuat mereka tertekan. Ia juga harus menghadapi perawatan
di rumah sakit dan efek anestesi umum. Wanita yang mengalami kehamilan ektopik
memiliki efek- efek pemulihan pada fisiknya akibat pembedahan darurat serta
kesulitan menghadapi kenyataan bahwa kehamilanya telah berakhir dan kemungkinan
tuba fallopii menjadi rusak atau hilang, yang dapat berdampak pada
fertilitasnya di masa yang akan dating konsekuensi fisik akibat kehilangan
kehamilan dini dapat sangat besar dan dampaknya pada wanita tidak dapat
disepelekan.
a. Efek
emosional akibat kehilangan kehamilan dini
Kini
semakin diketahui bahwa kehilangan kehamilan dini dapat menjadi pengalaman
emosi yang sangat menyakitkan bagi orang tua. Misalnya cerita- cerita anekdot
dari wanita yang perna mengalami keguguran menujukan bahwa hal itu bukan hanya
pengalaman yang menyakitkan secara fisik. Hal ini sesuai dengan ilustrasi dari
Oakley et al (1984)
Perasaan
yang diungkapkan disini memperlihatkan rasa duka dan kehilangan yang umumnya
dirasakan. Orang tua seringkali mengungkapkan perasaan syok, mati rasa, rasa
bersalah , dan tidak tahu bagaimana harus bersikap.
2.8 Kehilangan dan berduka
Kehilangan
dan rasa berduka secara intrinsic saling terkait dalam konteks berduka. Penting
bagi bidan untuk meniliki pengetahuan tentang konsep ini guna memfasilitasi
proses berduka.
a. Kehilangan
Pengalaman
kehilangan seorang bayi pada tahap kehamilan apapun dapat sangat mengecewakan
bagi orang tua, dan berpotensi menimbulkan akibat-akibat psikologis yang merugikan.
b. Rasa
duka
Rasa
duka setelah kehilangan setelah kehilangan kehamilan dapat sama dengan perasaan
yang dialami dalam tipe berkabung lain.
c. Tahap
berduka
Dalam
pengalaman orang tua menghadapi kehilangan kehamilan,mungkin akan di temukan
tema- tema yang sama. Mereka mengalami syok dan mati akan saat pertama kali
menyadri bahwa kehamilan telah berakhir,di sertai perasaan bahwa tidak seorang
pun memahami apa yang mereka alami.
d. Rasa
takut , marah, dan bersalah
Salah
satu atau kombinasi emosi-emosi ini dapat ditemukan dalam pengalaman kehilangan
kehamilan. Jika kehilangan tersebut merupakan kehilangan pertama , orang tua
dapat merasa khawatir, bahwa mereka dapat lgi memiliki anak.
e. Menarik
diri , apatis, dan tidak memiliki tujuan hidup
Orang
tua seringkali merasa terisolasi dari keluarga dan teman-teman. Kehilangan
kehamilan biasanya bukanlah topic perbincangan sehari-hari, karena topic
tersebut mengandung subjek yang tabu, yakni seks, reproduksi dan kematian.
Bergerak kearah baru
f. Bergerak
kea rah baru
Pada
tahap ini, pada akhirnya, rasa duka hilang dan individu tersebut dapat bergerak
maju. Bahkan, walaupun orang tua merasa mampu berkabung secara terbuka, mereka
mungkin merasa berat untuk bergerak maju dan “melupakan” kehilangan sebelum
mereka siap. Meskipun rasa yang menyakitkan tersebut hilang. Kehilangan
merupakan sesuatu yang tidak peernah dapat dilupakan.
g. Pria
dan kehilangan kehamilan
Sampai
beberapa tahun terakhir, sangat sedikit perhatian yang mengarah pada perasaan
pria setelah istrinya mengalami kehilangan kehamilan . namun saat ini telah ada
suatu kesadaran dan pengetahuan bahwa dalam keguguran, misalnya, pria mengalami
perasaan berduka yang sama dengan wanita.
2.9 Peran bidan
Setelah
kematian seorang bayi, bidan seringkali menjadi pihak utama yang berhadapan
dengan keluarga pada awal proses berduka. Ia perlu mengenali keyakinan dan
nilai-nilai yang dimilikinya serta mengenali kebutuhan individual keluarga yang
ia rawat. Proses berduka bersifat unik pada setiap individu dan bidan, dengan
pengetahuan tentang teori berduka dari penerapan keterampilan konseling yang
tepat, bidan harus mampu memfasilitasi proses berduka.
Factor
–faktor yang memengaruhi reaksi berduka ialah usia, gender, budaya, agama, dan
cara orang lain dalam lingkungan social terdekat berespons terhadap kehilangan
mereka, individu dalam suatu keluarga dapat bereaksi dengan cara berbeda
terhadap kehilangan dan bidan harus peka terhadap persaan mereka.
2.10 Konseling orang tua yang
berkabung
Keterampilan
konseling sangat penting bagi bidan untuk memampukan mereka menghadapi keluarga
yang mengalami stress. Namun , setiap bidan harus mengenali bahwa penggunaan
keterampilan konseling dan konseling itu sendiri cukup berbeda
Berikut adalah cara interverensi
dalam memberikan konseling
·
Melakukan serangkaian pertemuan antar
orang tua dan professional kesehatan yang sesuai
·
pertemuan pertama bertujuan menjelaaskan
apa yang terjadi , memberi dukungan, mengigatkan mengenai reaksi berduka, dan
jika memungkinkan mendorong orang tua untuk melihat bayinya
·
Pertemuan 3 diatur untuk mendiskusikan
setiap maslah.
2.11 Contoh kasus
Ny.
X berusia 20 tahun , melahirkan seorang bayi perempuan aterm yang lahir mati.
Bayi tidak bergerak selama 24 jam. Tidak ada penjelasan yang dapat ditemukan.
Ny X meninggalkan rumah sakit setelah 12
jam, dan dia mengatakan tidak ingin melihat bayinya lagi dan menyuruh pihak
rumah sakit yang mengurus pemakamanya. Keesokan harinya pada saat di kunjungi
bidan Ny X telah membuang semua barang yang ada kaitanya dengan bayinya, dan saat
di lakukan perbincangan Ny X mengambil sebuah foto bayinya yang berwarna merah
gelap pada bibirnya, yang ad di bawah sofa dan bilang bahwa bayinya seprti
tidak meninggal.
Konseling
Ø Bidan
melakukan kunjungan ke rumah Ny X, dalam kunjungan pertama yang dilakukan bidan
adalah:
Ø Menjelaskan
ke pada Ny X, bahwa bayinya telah
meninggal dan berwarna merah gelap pada bibir bayi menandakan bahwa ia telah
meninggal
Ø Memberitahu
tentang dampak berduka yang berlebihan itu tidak baik
Ø Jika
memungkinkan kita bisa memberi dorongan kepada Ny x untuk melihat bayinya yang
ada di rumah sakit untuk memastikan jika bayinya telah meninggal.
Ø Pada
kunjungan berikutnya bidan bisa memberikan konseling dengan cara mendikusikan
masala apa saja yang di rasa kan oleh Ny X
Bab
III
Penutup
3.1 KESIMPULAN
Abortus
adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Duka
cita selama persalianan dapat menjadi salah satu aspek paling menantang bagi
bidan, dalam peran secara dominan terkonsentrasi pada kreativitas dan kehidupan
baru. Namunsifat kehilangan yang menonjol dalam persalinan dapat memberikan
bidan kesempatan untuk perkembangan personal dengan menemani wanita pada saat
yang dibutuhkan.
3.2 SARAN
3.2.1
Saran untuk Institusi
1.
Di harapkan institusi dapat
memfasilitasi mahasiswa dalam forum belajar mengajar.
3.2.2
Saran untuk mahasiswa
1.
Mahasiswa diharapakan dapat memahami tentang abortus
dan dapat memberikan dan menerapkan pemberian konseling pad orang tua yang
sedang berduka.
Daftar
pustaka
Henderson,chistin.
Jones kathleen,2009.Buku ajar kebidanan. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Manuaba,
ida bagus Gde, 1999. memahami kesehatan reproduksi wanita. Arcan : jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar