BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seorang bidan dituntut
untuk melatih kepekaan melalui empati yang dimilikinya. Dengan kepekaan yang
dimilikinya, ia akan mampu melakukan pengamatan (observasi). Kepekaan tersebut
tercermin dari cara ia mengamati tingkah laku klien baik tingkah laku verbal
dan nonverbal.
Tingkah laku verbal dan
nonverbal merupakan objek untuk melakukan observassi atau pengamatan objektif,
meskipun tingkah laku verbal dan nonverbal dapat berdiri sendiri akan tetapi
pada kenyataannya verbal dan nonverbal tidak dapat dipisahkan, saling
menguatkan arti yang sebenarnya dari suatu tingkah laku. Melalui kepekaan
pengamatan objektif, bidan akan mudah dalam melakukan komunikasi efektif karena
pengamatan objektif (observasi) merupakan keterampilan dasar dalam membina
komunikasi efektif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan keterampilan Observasi?
2.
Apa pengertian dari tingkah laku verbal
dan nonverbal?
3.
Bagaimana cara melakukan observasi?
4.
Bagaimana cara membina hubungan baik
dengan klien?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan dan
menerapkan keterampilan observasi
Umum
·
Mahasiswa mampu menjelaskan tingkah laku
verbal dan non verbal
·
Mahasiswa mampu membedakan antara penafsiran
dan pengamatan
·
Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya
melakukan hubungan baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Keterampilan observasi :
Suatu keterampilan observasi yg
menghasilkan komunikasi efektif dengan
menggunakan kepekaan yg dimiliknya melaui observasi terhadap klien baik secara
verbal maupun non verbal
2.2
Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal
·
Tingkah laku verbal :
Merupakan
perbuatan/perilaku yg ditunjukkan melalui bahasa/kata-kata.Bahasa dicerminkan
dengan adanya perbendaharaan kata, penggunaan kalimat, intonasi, kecepatan
berbicara dan humor
·
Tingkah laku non verbal :
Merupakan
tingkah laku dalam bentuk bahasa tubuh meliputi isyarat, pergerakan tubuh, dan
penampilan fisik.
2.3
Melakukan Observasi
Dalam
melakukan observasi, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh bidan, yaitu
pengamatan objektif dan penafsiran (interpretasi).
·
Pengamatan objektif :
berbagai tingkah laku yg dilihat dan didengar.
ex: duduk, berdiri, gelisah dg berkata seperti aduh.
·
Penafsiran/interpretasi :
merupakan kesan yg diberikan
terhadap apa yg dilihat (diamati) dan didengar.
ex: jengkel karna terlalu lama menunggu
2.4
Membina Hubungan Baik
Keterampila
membina hubungan baik merupakan fondasi atau dasar dalam melakukan komunikasi
interpersonal. Membina hubungan baik dilakukan oleh bidan sejak kontak awal
dengan klien dan harus dipertahankan. Yang harus dimiliki oleh bidan membina
hubungan baik dengan klien adalah :
·
Perilaku respons positif yang mendukung terciptanya hubungan baik
meliputi bersalaman dengan ramah, mempersilahkan duduk, bersabar, tidak
memotong pembicaraan, menjaga kerahasiaan klien, tidak melakukan penilaian,
mendengarkan dengan penuh perhatian, menanyakan alas an kedatangan klien, serta
menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien.
·
Sikap hangat, menghormati, menerima
klien apa adanya, empati, dan tulus.
Kunci
pokok dalam membina hubungan baik dengan klien adalah SOLER.
S
: Face your client squarely (menghadap kearah klien) dan smile/ Nod at client
(senyum/ mengangguk ke klien)
O
: open and non-judgemental facial ekspression (ekspresi muka menunjukkan sikap
terbuka dan tidak menilai)
L
: Lean towards client (tubuh condong kearah klien)
E
: Eye contact in a culturally acceptable manner (kontak mata sesuai cara yang
diterima oleh budaya setempat)
R
: Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bidan
perlu melakukan pengamatan tingkah laku, baik tingkah laku verbal dan nonverbal
untuk mengidentifikasi pesan-pesan yang tidak sesuai dan membingungkan. Bidan
perlu menggabungkan infrmasi melalui tingkah laku verbal, tingkah laku
nnonverbal, dankesenjangan pada diri klien. Pengamatan bidan dapat dipertajam
dengan belajar lebih peka melakukan pengamatan tingkah laku verbal yang
ditampilkan seorang klien. Selain itu, bidan perlu membina hubungan baik dengan
klien dan harus selalu berusaha bekerja sama dengan klien sehingga tidak
melakukan kesalahan dalam membantu seorang klien.
3.2 Saran
1.
Bagi Institusi
a. Agar lebih sabar serta telaten dalam membimbing
peserta praktek.
b. Dapat menerapkan teori dengan lapangan/lahan
praktek sesuai dengan standart
kesehatan.
2. Bagi Mahasiswa
a. Agar mahasiswa dapat menggali ilmu lebih dalam lagi dalam memahami teori
sehingga dapat diterapkan di lahan praktek.
b. Supaya mahasiswa lebih disiplin serta mengefisienkan waktu dalam
menjalankan tugasnya.
Daftar
Pustaka
Yulifah,
R dan Yuswanto, T.J.A. 2009. Komunikasi dan Konseling Dalam Kebidanan. Jakarta
: Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar