Sabtu, 20 April 2013

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI SELAMA KEHAMILAN DAN PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGIS DALAM MASA KEHAMILAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Periode antepartum adalah  periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid haid terakhir (HPHT) sampai dimulainya persalinan. Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester yang masing-masing terdiri dari 13 minggu. Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang dari 40 minggu. Pada praktiknya, trimester I  secara umum dipertimbangkan berlangsung pada minggu pertama hingga ke-12(12 minggu), trimester II minggu ke-13 sampai dengan minggu ke-27(15 minggu) dan trimester ke III minggu ke-27 hingga minggu ke-40(13 minggu).
            Kehamilan terjadi akibat adanya pertemuan ovum  dan sperma di dalam sperma di dalam tuba fallopi, kemudian bernidasi pada endometrium uterus. Setiap ibu hamil akan mengalami perubahan fisiologis baik secara fisik maupun psikologis. Secara fisik ibu akan mengalami perubahan pada sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin, sistem kkebalan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem musculoskeletal, sistem kardiovaskuler, sistem integument, metabolisme darah dan pembekuan darah, sistem pernapasan, dan sistem persyarafan.

1.2 Tujuan
      1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menjelaskan perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi selama kehamilan dan perubahan dan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan pada akhir perkuliahan serta dapat menerapkannya.
      1.2.2. Tujuan Khusus
1.Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perubahan anatomi dan adaptasI fisiologi selama kehamilan
2..Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perubahan dan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi selama kehamilan
1. Sistem reproduksi
a.       Uterus
Merupakan organ yang telah dirancang sedemikian rupa, baik struktur, posisi, fungsi dan lain sebagainya., sehingga betul –betul sesuai dengan kepentingan prosese fisiologis pembentukan manusia.
Bentuk uterus, yang seperti buah apulkat kecil (pada saat sebelum hamil) akan berubah bentuk menjadi globuler pada awal kehamilan dan ovoid (membulat) apabila kehamilan memasuki trimester kedua. Setelah 3 bulan kehamilan, volume  uterus menjadi cepat bertambah sebagai akibat adanya pertumbuhan yang cepat pula dari konsepsi dan produk ikutannya. Seiring dengan semakin membesarnya uterus, korpus uteri dan fundus semakin keluar dari rongga pelvik sehingga lebih sesuai disebut sebagai organ abdomen.
Pertumbuhan uterus  ke arah kavum abdomen disertai dengan sedikit rotasi kea rah kanan sumbu badan ibu atau dikenal dengan istilah dekstrorotasi. Kodisi ini disebabkan oleh adanya kolon rektosigmoid yang mengisi sebaggian besar ruang abdominopelvikum kiri. Kecepatan pembesaran uterus pada primigravida dan multi gravida dapat sedikit berbeda (kisaran 1-2 minggu) dan ini menimbulkan variasi dalam estimasi besar uterus pada permulaan pemeriksaan kehamilan awal atau trausia kehamilan edngan menggunakan titik anatomi tertentu (misalnya fundus uteri setinggi umbilicus).

b.      Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (perbatasan atau menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jaringan-jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam organ vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding), dengan lubang okstium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum).
Sebelum melahirkan lubang externum berupa bulatan kecil, setelah pernah atau riwayat melahirkan bentuknya berupa garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, seringgi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptide dan air. Ketebalan mukosa dan viskovitas lender serviks dipengaruhi oleh siklus haid.

c.       Corpus uteri
Terdiri dari: paling luar, lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan muscular/myometrium berupa otot polos 3 lapis (dari luar ke dalam, arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormone ovarium. Posisi corpus intra abdomen mendatar dengan flesi ke anterior fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dans erviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan perempuan.
d.      Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinal, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rektouterina.
e.       Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterine cabang arteri hipolastica dari iliaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis. 
f.       Salping/tuba falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari duktus muleri. Sepasan tuba kiri kanan panjang 8-14 cm berfungsi sebagai jalan transportassi ovum dari ovarium sampai kavum uteri. Diding tuba terdiri atas 3 lapisan: serosa, muscular (longitudinal dan sirkular), serta mukosa dengan epitel bersilia. Bagian ini terdiri dari pars interstitialis, pars isthimica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengankarakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda pada setiap bagian.
g.      Pars istmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendli transfer gamet.
h.      Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
i.        Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbrie serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi untuk menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba
j.        Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
k.      Ovarium
Organ endrokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Ovarium dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf, terdiri dari korteks dan medulla. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial dilapisan terluar epitel ovarium pada korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormone-hormone steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesterone oleh korpus luteum pasca ovulasi). Ovarium berhubungan dengan pars infundibulum tuba falopi melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
Uterus tumbuh membesar primer, maupun sekunder, akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterine. Estrogen menyebabkan adanya hiperplasi jaringan., sedangkan progesterone berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus. Taksiran kasar perbesaraan uterus pada perabaan tinggi fudus adalah:
-          Tidak hamil/ normal: sebesar telur ayam ( 30 g)
-          Kehamilan 8 minggu : telur bebek
-          Kehamilan 12 minggu: telur angsa
-          Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis (pusat)
-          Kehamilan 20 minggu: pinggir bawah pusat
-          Kehamilan 24 minggu: pinggir atas pusat
-          Kehamilan 28 minggu: sepertiga pusat (xyphoid)
-          Kehamilan 32 minggu: pertengahan pusat (xyphoid)
-          Kehamilan 32-42 minggu: 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
2.2 Perubahan dan  adaptasi psikologis dalam masa kehamilan
1. Pada kehamilan trimester I
            Segera setelah konsepsi, kadar hormone progesterone dan estrogen dalam tubuh akan meningkat. Ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah, dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan. Seringkali, pada awal masa kehamilan ibu berharap untuk tidak hamil.
            Pada trimester pertama, seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuh akan selalu diperhatikan secara seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahu atau dirahasiakan.
            Hasrat untuk melakukan hubungan seksual, pada perempuan di trimester pertama ini berbeda-beda. Walau beberapa perempuan mengalami gairah seks yang lebih tinggi, kebanyakan mengalami penurunan libido selama periode ini. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran.

2. Pada kehamilan trimester II
            Trimester kedua biasanya ibu sudah merasa sehat. Tubuh ibu telah terbiasa dengan kadar hormone yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Ibu telah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi serta pikirannya secara lebih konstuktif. Pada trimester ini pula ibu mampu merasakan gerakan janinnya. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman, seperti yang dirasakan pada trimester pertama dan merasakan naiknya libido.

3. Pada kehamilan trimester III
            Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Kadang ibu merasa khawatir bila bayinya lahir sewaktu-waktu. Ibu sering merasa khawatir kalau-kalau bayinya lahir tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan cenderung menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayi.
            Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu merasa aneh atau jelek. Di samping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima semasa hamil. Trimester tiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan kebahagiaan dalam menanti seperti apa rupa bayi nantinya.










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
           
                Kehamilan terjadi akibat adanya pertemuan ovum  dan sperma di dalam sperma di dalam tuba fallopi, kemudian bernidasi pada endometrium uterus. Setiap ibu hamil akan mengalami perubahan fisiologis baik secara fisik maupun psikologis. Secara fisik ibu akan mengalami perubahan pada sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin, sistem kkebalan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem musculoskeletal, sistem kardiovaskuler, sistem integument, metabolisme darah dan pembekuan darah, sistem pernapasan, dan sistem persyarafan.

3.2 Saran
      Mahasiswa dapat  memahami dan megetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi selama kehamilan dan perubahan dan  adaptasi psikologis dalam masa kehamilan.









Daftar pustaka
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta. Graha Ilmu

aborsi


Bab II
Tinjauan pustaka

2.1 Definisi 
Pengertian aborsi
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya antara 400 sampai 1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
( Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Nasional Maternal dan Neonatal, 2003 )
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
(Sarwono, 2001 : 145)
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
(Mochtar, R., 2002 : 209)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
(Kapita Selekta, Jilid I, 2001 : 260)

2.2 Kehilangan kehamilan dini
Kehilangan pada kehamilan dini meliputi aborsi spontan (keguguran), aborsi diinduksi dan kehamilan ektopik. Bagi orang awam istilah”aborsi” memiliki konotasi negative yang bermakna bahwa kehamilan diakhiri secara sengaja.
2.2.1 Klasifikasi keguguran
a.       Aborsi spontan (keguguran )
Keguguran adalah istilah yang biasa digunakan untuk aborsi spontan, yaitu pengeluaran embrio atau janin premature dari uterus sebelum usia gestasi 20 – 24 minggu (symonds, 1992.,pernolldan garmel, 1994). Sebagian besar (75%) aborsi spontan terjadi sebelum usia gestasi 16 minggu – 62% terjadi sebelum usia 12 minggu (pernoll dan garmel, 1994). Dengan demikian, aborsi spontan (keguguran) dini dapat didefinisikan sebagai “kehilangan kehamilan sampai usia 16 minggu dari awal periode menstruasi terakhir” (houwert-de jong et al. 1990, hlm. 534)
b.      Aborsi  imminens
Dalam keadaan ini, terjadi perdarahan ringan per vaginam, serviks menutup ukuran uterus sesuai denagn usia gestasi dan dapat disertai dengan nyeri pelvis ringan. Perdarahan pervaginam pada trimester pertama dapat sangat mengkhawatirkan karena kondisi ini memunculkan pertanyaan tentang hasil akhir kehamilan. Namun, sekitar setengah jumlah wanita yang mengalami perdarahan pada trimester pertama tetap melahirkan bayi yang sehat (symonds, 1992; allan, 1995). Perdarahan pada kehamilan dini dapat disebabkan oleh implantasi atau erosi serviks atau mungkin tidak dapat dijelaskan. Tindakan yang direkomendasikan dalam situasi ini hanya sedikit. Secara tradisional, nasihat yang diberikan ialah tirah baring. Walaupun satu- satunya penelitian terkontrol (diddle et  al. 19953) menunjukan bahwa hal tersebut tidak bermanfaat. Menghindari hubungan seksual untuk mengurangi stimulus local juga dapat di rekomendasikan. Walaupun tindakan – tindakan ini tidak terbukti, wanita dan pasanganya sering kali merasa perlu melakukann suatu tindakan untuk mencoba dan mempertahankan kehamilan. Sselain itu, wanita dan pasangannya cenderung membutuhkan perhatian simpatik dan dukungan sepanjang masa ketidakpastian ini.
c.       Aborsi insipiens
Apabilah tingkat keparahan nyeri dan perdarahan meningkat, mungkin aborsi tidak dapat dielakan. perdarahan berupa darah berwarna merah terang , beku-bekuan darah keluar ketika serviks terbuka dan embran dapat mengalami rupture. Beberapa bagian produk konsepsi dapat keluar atau tetap beradda didalam uterus. Nyeri yang dirsakan sangat berat dan timbul kram yang disebabkan oleh kontraksi uterus, dan dapat disertai nyeri punggung apabila keguguran tidak terelakan, keguguran dapat terjadi dalam bentuk komplrt atau tidak komplet.
d.      Keguguran komplet
Pada keguguran komplet, semua produk konsepsi dikeluarkan dari uterus kemungkinan terdapat sejumlah kecil rabas berwarna kemerahan, serviks tertutup dan wanita dapat merasa sedikit nyeri. Semua produk konsepsi harus diteliti secara histologi untuk memastikan bahwa tidak ada bukti kehamilan mola. Namun, sebelum usia gestasi 16 minggu, beberapa produk konsepsi kemungkinan tidak dikeluarkan(allan, 1995), sehingga wnita tersebut mungkin perlu menjalani pembedahan atau mendapat intervensi medis untuk mengosongkan uterusnya.
e.       Keguguran inkomplet
Pada keguguran inkomplet, tidak semua produk konsepsi keluar, pendarahan berlanjut, serviks tetap terbuka dan kemungkinan terdapat risiko perdarahan wanita tersebut mungkin perlu dirawat dirumah sakit agar produk konsepsi yang masihtertahan dapat dikeluarkan, baik melalui pengisapan (suction) dan kuretase atau hanya kuretase. Uterus harus kosong dari semua produk konsepsi. Terdapat kemungkinan risiko perdarahan (yang memerlukan penanganan kedaruratan) dan infeksi. Beberapa unit menawarkan tindakan medis alternative yang memberi beberapa pilihan pada wanita mengenai penatalaksanan keguguran yang dialaminya. Beberapa pesarium yang mengandung misoprostol 800  µg (suatu analog prostaglandin) dimasukkan per vagina dan wnita diobservasi dirumah sakit selama 6-8 jam. Setelah pemeriksaan vagina (periksa dalam ) dan mengasumsi bahwa kwhilngan darah per vagina tidak berat, wanita dapat dipulangkan kerumah. Kehilangan darah berlanjut rata- rata selama 10 hari.
f.       Missed abortion
Dalam aborsi ini janin telah mati, tetapi produk konsepsi tidak dikeluarkan. Kemungkinan terdapat beberapa tanda eksternal kehamilan, yakni uterus tidak semakin membesar, yang mengindikasikan bahwa embrio atau janin telah mati di dalam uterus, tetapi serviks tetap tertutup. Apabila uterus gagal mengeluarkan poduk konsepsi, produk tersebut dapat direabsorpi kembali secara bertahap. Pada beberapa kasus, bekuan darah disekitar janin di reorganisasi sebagian dan diikuti oleh pembentukan mola karneosa (darah). Biasanya pada usia sekitar 21 hari (tindall, 1987), janin telah gugur.
g.      Kegugran spontan berulang
Istilah ini digunakan jika seorang wanita mengalami aborsi spontan sebanyak 3 kali berturut-turut sebelum usia mencapai 20-24 minggu (pernoll dan garmell, 1994). Walupun factor- foktor penyebab dapat diidentifikasi , penyebab tersebut seringkali tetap tidak diketahui specialist miscarriage clinic untuk pasangan yang mengalami kegugran berulang dapat membantu mengidentifikasi penyebab tertentu dan dapat memberikan dukungan psikologi dan konseling yang dibutuhkan. Keguguran berulang sangat membuat orang tua stress, tetapi telah diperkirakan (pernoll dan garemel,1994) bahwa bahkan setelah 3 kali kehilangan kehamilan, insiden keberhasila kehamilan ialah 68%
h.      Isoimunisasi
Setelah kehamilan tipe apapun , seorang wanita yang memiliki rhesus negative harus diberikan imunoglobin rhesus dalam 72 jam untuk mencegah isoimunisasi.
2.2.2 Gejala dari abortus
a.       Abortus imminens
-          Perdarahan sedikit
-          Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali
-          Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan.
-          Tidak diketemukan kelainan pada serviks.
b.      Abortus insipiens
-          Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
-          Nyeri karena kontraksi rahim kuat
-          Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
c.       Abortus Incompletus
-          Perdarahan masih berlanjut
-          Pada pemeriksaan dalam terjadi pembukaan
d.      Abortus Completus
-          Keluar gumpalan darah dan bagian tubuh dari janin.
e.       Missed Abortion
-          Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban.
-          Terjadinya amenore berlangsung terus menerus.
 2.3  Kehamilan ektopik
Kondisi ini terjadi jika sebuah ovum yang telah dibuahi tertanam di suatu daerah diluar rongga uterus. Kondisi ini terjadi pada sekitar 1 dari 200 kehamilan (symonds, 1992), walaupun insidensi tersebut meningkat (Irvine et al 1994). Tempat yang paling sering ialah di tuba fallopii, walaupun implantasi dapat terjadi didalam ovarium, rongga abdomen, atau di serviks.
2.3.1 Penyebab
Penyebab utama berhubungan dengan factor-faktor yang mencegah atau menghambat gerakan ovum yang telah dibuahi melalui tuba fallopii dan masuk ke dalam uterus. Factor-faktor tersebut meliputi riwayat terminasi kehamilan dan penyakit radang panggul (Irvine et al1994), keberadaan alat kontrasepsi dalam Rahim dan riwayat masalah fertilitas,
2.3.2 Mengenali kehamilan ektopik
Pengenalan bergantung pada luasnya tempat kehamilan ektopik. Apabila kehamilan terjadi di tuba fallopii, yang merupakan bentuk kehamilan ektopik yang paling sering terjadi. Maka wanita memiliki riwayat amenore selama 6-8 minggu, mengalami nyeri abdomen dan kemudian mengalami perdarahan dari vagina. Intesitas nyeri meningkat pada saat tuba rupture, terjadi perdarahan dan wanita tersebut dapat mengalami syok sehingga ia perlu dibawah ke rumah sakit.
2.3.3 Penatalaksanaan kehamilan ektopik
Kondisi ini bergantung pada tempat dan durasi kehamilan serta kondisi wanita. Rupture tuba disertai perdarahan berarti bahwa wanita tersebut memerlukan pembedahan abdomen daarurat- upaya dilakukan untuk mempertahankan tuba fallopii, jika memungkinkan, tetapi sebaliknya mungkin diperlukan salpingektomi.
a)      Aborsi diinduksi
Aborsi diinduksi mengacu pada tindakan aborsi, baik yang resmi (sesuai undang –undang aborsi) maupun tidak resmi (di luar undang –undang aborsi)
b)      Aborsi terapeutik
Terminasi kehamilan yang legal diizinkan di bawah undang- undang aborsi 1967, sesuai dengan yang diamendemenkan oleh undang- undang fertilitasasi manusia dan embriologi pada tahun 1990 bab 37 (uu di Negara inggris ). Batas waktu 24 minggu diizinkan, jika aborsi dilakukan dengan alasan cendera atau jika kehamilan membuat kesehatan fisik dan mental wanita beresiko, risiko tersebut lebih besar dari pada risiko terminasi kehamilan.
c)      Aborsi illegal
Aborsi illegal merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan produk- produk konsepsi dari uterus yang tidak diatur dalam undang – undang aborsi . aborsi  illegal dikaitkan dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, terutama disebabkan oleh sepsis dan perdarahan.
d)     Aborsi sepsis
Aborsi sepsis dapat terjadi setelah aborsi tidak komplet dan aborsi yang diinduksi, terutama aborsi yang dilakukan secara illegal, karena pada aborsi ini bakteri mendapat akses ke dalam traktus genitalis. Pireksia terjadi dan rabas berbau busuk dapat keluar dari vagina.
2.4 Metode aborsi diinduksi
Metode yang digunakan bergantung pada sejumlah factor, meliputi durasi kehamilan , kondisi fisik wanita dan fasilitas medis serta keahlian yang tersedia . metode yang umum digunakan sebelum gestasi berusia 12-14 ialah dengan pengisapan dan kuretase, setelah usia 12-14 minggu , persalinan dapat diinduksi. Misalnya, melalui pemberian prostaglandin vaginal. Apapun ruang lingkup dan metode yang digunakan, wanita tersebut memerlukan asuhan yang disertai sikap simpati dan tidak menghakimi.
2.5 Aspek social – budaya menggugurkan kandungan
Sebenernya alam telah melakukan seleksi dan pembatasan kelahiran dengan jalan hanya satu telur dilepaaskan dalam dalam satu siklus menstruasi, sehingga kehamilan sebagian besar tunggal. Tetapi oleh karena kesehatan makin membaik , tetapi oleh karena kesehatan mkin membaik, tetapi oleh karena kesehatan makin membaik, terjadi perubahan perilaku seksual makin liberal dantekanan ekonomi menyebabkan terjadi upaya membatasi kelahiran.
Gerakan keluarga berencana yang ad sampai saat ini belum mampu memberikan kesadaran setiap orang betapa pntingnya untuk membatasi jumlah dan susnan keluarga melali pelaksanaan metode keluarga berencana. Disamping itu nasih dijumpai bahwa mereka yang ingin membatasi jumlah dan susunan keluarga tetapi enggan untuk memaakai salah satu metode kb denagn berbagai alasan. Perlu diketahui bahwa pelaksanaan gugur kandungan merupakan metode kb yang paling tua didunia sama tuanya dengan umur manusia dan era modern mendapat tempat sebagai penunjang penurunan angka kelahiran.
2.6 Aspek hokum pelaksanaan gugur kandungan
Bangsa Indonesia sadar akan makin meningkatnya permintaan ggugur kandungan yang tidak dapat di bending, sehingga mengeluarkan UU kesehatan no 23 pasal 15 th 1992.
2.7 Efek kehilangan kehamilan dini
Bagian ini berfokus pada efek-efek pada wanita dan pasanganya setelah mengalami keguguran dini atau kehamilan ektopik, aborsi diinduksi juga menimbulkan konsekuensi fisik dan emosional, tetapi hal tersebut tidak di bahas secara spesifik disini
Efek fisik akibat kehilangan kehamilan dini
Bagi wanita yang mengalami keguguran dini, keluarnya sejumlah besar darah dan bekuan darah serta nyeri membuat mereka tertekan. Ia juga harus menghadapi perawatan di rumah sakit dan efek anestesi umum. Wanita yang mengalami kehamilan ektopik memiliki efek- efek pemulihan pada fisiknya akibat pembedahan darurat serta kesulitan menghadapi kenyataan bahwa kehamilanya telah berakhir dan kemungkinan tuba fallopii menjadi rusak atau hilang, yang dapat berdampak pada fertilitasnya di masa yang akan dating konsekuensi fisik akibat kehilangan kehamilan dini dapat sangat besar dan dampaknya pada wanita tidak dapat disepelekan.
a.       Efek emosional akibat kehilangan kehamilan dini
Kini semakin diketahui bahwa kehilangan kehamilan dini dapat menjadi pengalaman emosi yang sangat menyakitkan bagi orang tua. Misalnya cerita- cerita anekdot dari wanita yang perna mengalami keguguran menujukan bahwa hal itu bukan hanya pengalaman yang menyakitkan secara fisik. Hal ini sesuai dengan ilustrasi dari Oakley et al (1984)
Perasaan yang diungkapkan disini memperlihatkan rasa duka dan kehilangan yang umumnya dirasakan. Orang tua seringkali mengungkapkan perasaan syok, mati rasa, rasa bersalah , dan tidak tahu bagaimana harus bersikap.
2.8 Kehilangan dan berduka
Kehilangan dan rasa berduka secara intrinsic saling terkait dalam konteks berduka. Penting bagi bidan untuk meniliki pengetahuan tentang konsep ini guna memfasilitasi proses berduka.
a.       Kehilangan
Pengalaman kehilangan seorang bayi pada tahap kehamilan apapun dapat sangat mengecewakan bagi orang tua, dan berpotensi menimbulkan akibat-akibat psikologis yang merugikan.
b.      Rasa duka
Rasa duka setelah kehilangan setelah kehilangan kehamilan dapat sama dengan perasaan yang dialami dalam tipe berkabung lain.
c.       Tahap berduka
Dalam pengalaman orang tua menghadapi kehilangan kehamilan,mungkin akan di temukan tema- tema yang sama. Mereka mengalami syok dan mati akan saat pertama kali menyadri bahwa kehamilan telah berakhir,di sertai perasaan bahwa tidak seorang pun memahami apa yang mereka alami.
d.      Rasa takut , marah, dan bersalah
Salah satu atau kombinasi emosi-emosi ini dapat ditemukan dalam pengalaman kehilangan kehamilan. Jika kehilangan tersebut merupakan kehilangan pertama , orang tua dapat merasa khawatir, bahwa mereka dapat lgi memiliki anak.
e.       Menarik diri , apatis, dan tidak memiliki tujuan hidup
Orang tua seringkali merasa terisolasi dari keluarga dan teman-teman. Kehilangan kehamilan biasanya bukanlah topic perbincangan sehari-hari, karena topic tersebut mengandung subjek yang tabu, yakni seks, reproduksi dan kematian. Bergerak kearah baru
f.       Bergerak kea rah baru
Pada tahap ini, pada akhirnya, rasa duka hilang dan individu tersebut dapat bergerak maju. Bahkan, walaupun orang tua merasa mampu berkabung secara terbuka, mereka mungkin merasa berat untuk bergerak maju dan “melupakan” kehilangan sebelum mereka siap. Meskipun rasa yang menyakitkan tersebut hilang. Kehilangan merupakan sesuatu yang tidak peernah dapat dilupakan.
g.      Pria dan kehilangan kehamilan
Sampai beberapa tahun terakhir, sangat sedikit perhatian yang mengarah pada perasaan pria setelah istrinya mengalami kehilangan kehamilan . namun saat ini telah ada suatu kesadaran dan pengetahuan bahwa dalam keguguran, misalnya, pria mengalami perasaan berduka yang sama dengan wanita.
2.9 Peran bidan
Setelah kematian seorang bayi, bidan seringkali menjadi pihak utama yang berhadapan dengan keluarga pada awal proses berduka. Ia perlu mengenali keyakinan dan nilai-nilai yang dimilikinya serta mengenali kebutuhan individual keluarga yang ia rawat. Proses berduka bersifat unik pada setiap individu dan bidan, dengan pengetahuan tentang teori berduka dari penerapan keterampilan konseling yang tepat, bidan harus mampu memfasilitasi proses berduka.
Factor –faktor yang memengaruhi reaksi berduka ialah usia, gender, budaya, agama, dan cara orang lain dalam lingkungan social terdekat berespons terhadap kehilangan mereka, individu dalam suatu keluarga dapat bereaksi dengan cara berbeda terhadap kehilangan dan bidan harus peka terhadap persaan mereka.
2.10 Konseling orang tua yang berkabung
Keterampilan konseling sangat penting bagi bidan untuk memampukan mereka menghadapi keluarga yang mengalami stress. Namun , setiap bidan harus mengenali bahwa penggunaan keterampilan konseling dan konseling itu sendiri cukup berbeda
Berikut adalah cara interverensi dalam memberikan konseling
·         Melakukan serangkaian pertemuan antar orang tua dan professional kesehatan yang sesuai
·         pertemuan pertama bertujuan menjelaaskan apa yang terjadi , memberi dukungan, mengigatkan mengenai reaksi berduka, dan jika memungkinkan mendorong orang tua untuk melihat bayinya
·         Pertemuan 3 diatur untuk mendiskusikan setiap maslah.



2.11 Contoh kasus
Ny. X berusia 20 tahun , melahirkan seorang bayi perempuan aterm yang lahir mati. Bayi tidak bergerak selama 24 jam. Tidak ada penjelasan yang dapat ditemukan. Ny  X meninggalkan rumah sakit setelah 12 jam, dan dia mengatakan tidak ingin melihat bayinya lagi dan menyuruh pihak rumah sakit yang mengurus pemakamanya. Keesokan harinya pada saat di kunjungi bidan Ny X telah membuang semua barang yang ada kaitanya dengan bayinya, dan saat di lakukan perbincangan Ny X mengambil sebuah foto bayinya yang berwarna merah gelap pada bibirnya, yang ad di bawah sofa dan bilang bahwa bayinya seprti tidak meninggal.
Konseling
Ø  Bidan melakukan kunjungan ke rumah Ny X, dalam kunjungan pertama yang dilakukan bidan adalah:
Ø  Menjelaskan ke pada Ny X, bahwa  bayinya telah meninggal dan berwarna merah gelap pada bibir bayi menandakan bahwa ia telah meninggal
Ø  Memberitahu tentang dampak berduka yang berlebihan itu tidak baik
Ø  Jika memungkinkan kita bisa memberi dorongan kepada Ny x untuk melihat bayinya yang ada di rumah sakit untuk memastikan jika bayinya telah meninggal.
Ø  Pada kunjungan berikutnya bidan bisa memberikan konseling dengan cara mendikusikan masala apa saja yang di rasa kan oleh Ny X



Bab III
Penutup

3.1  KESIMPULAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Duka cita selama persalianan dapat menjadi salah satu aspek paling menantang bagi bidan, dalam peran secara dominan terkonsentrasi pada kreativitas dan kehidupan baru. Namunsifat kehilangan yang menonjol dalam persalinan dapat memberikan bidan kesempatan untuk perkembangan personal dengan menemani wanita pada saat yang dibutuhkan.
3.2  SARAN
3.2.1        Saran untuk Institusi
1.      Di harapkan institusi dapat memfasilitasi mahasiswa dalam forum belajar mengajar.
3.2.2        Saran untuk mahasiswa
1.      Mahasiswa diharapakan dapat memahami tentang abortus dan dapat memberikan dan menerapkan pemberian konseling pad orang tua yang sedang berduka.



Daftar pustaka

Henderson,chistin. Jones kathleen,2009.Buku ajar kebidanan. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Manuaba, ida bagus Gde, 1999. memahami kesehatan reproduksi wanita. Arcan : jakarta